Menjajaki Pulau Semak Daun Kepulauan Seribu Arif Setiawan, January 16, 2012September 14, 2020 April, 2011. Mati lampu dan hujan deras. Itulah cuaca kala itu, tetapi tidak mengurungkan niat kami untuk berpetualang menjadi surut. Segerombol bocah dari kawasan Dayeuhkolot, Kab. Bandung yang juga mahasiswa dari salah satu perguruan tinggi terkemuka di Indonesia, berangkat menuju St. Hall Bandung dengan tujuan utama Kepulauan Seribu. Mereka adalah @whe_green, @zick_rey7, @jodypati, #Angga, @arubanna, @ariffsetiawan dan #Andit. Tiba di St. Hall, ternyata kami sudah kehabisan tiket kereta api Argo Parahyangan jurusan Bandung-Jakarta. Akhirnya kami memutuskan untuk menyewa mobil hingga Jakarta. Diturunkanlah kami di sekitar Monas, dekat stasiun Gambir, sekitar jam 2 pagi. Kami lanjutkan tidur di masjid stasiun Gambir hingga subuh. Setelah subuh dan bergabung dengan teman yang berangkat dari Jakarta, barulah kita melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Muara Angke, menggunakan busway dan angkot. Kami langsung naik kapal jurusan Muara Angke β Pulau Pramuka. Perjalanan menggunakan kapal menempuh waktu kurang lebih 3 jam. Sebelum ke Pulau Pramuka kami transit dulu di Pulau Tidung untuk menurunkan beberapa penumpang. Setelah itu kapal berangkat lagi memutar arah menuju Pulau Pramuka. Sesampainya di Pulau Pramuka kami disambut salah satu penduduk yang sudah kami hubungi sebelumnya, kami langsung mandi, jumatan dan bersiap menuju pulau kecil tujuan kami, Pulau Semut Kecil. Kemudian kami berpetualang menggunakan kapal yang kami sewa selama 2 hari untuk antar jemput menyeberangi pulau-pulau, mencari keberadaan Pulau Semut Kecil. Setelah ketemu ternyata kapal kami tidak bisa berlabuh dan sudah ada yang menghuni pulau itu. Kami disarankan untuk ke Pulau Semak Daun yang masih bisa dihuni oleh beberapa rombongan. Akhirnya, kami memutuskan untuk mencari Pulau Semak Daun, yang posisinya lebih dekat dengan Pulau Pramuka. Setelah berlabuh, kami langsung membayar sewa pulau dan mencari tempat untuk mendirikan tenda. Pulaunya tergolong dalam ukuran sangat kecil, karena mungkin lebarnya saja kurang dari 100 meter. Setelah tenda berdiri, kemudian kami membagi tugas, ada yang menyiapkan untuk memasak, ada yang memancing ikan, dll. Setelah malam datang, kami makan malam dengan masakan sendiri kemudian istirahat demi menyimpan tenaga untuk hari berikutnya. Kebetulan terjadi hujan deras saat itu, jadi kami tidak bisa tidur dengan nyaman, dan tenda kami hanya terletak beberapa meter dari air laut. yang dikhawatirkan adalah bagaimana jika air laut tibaΒ² pasang? hehe. Di hari kedua, kami isi seharian dengan snorkling di beberapa spot yang diantarkan oleh bapak pemilik kapal, ke beberapa pulau juga, seperti Pulau Air dan pulauΒ² lain di sekitar Pulau Pramuka. Hingga senja tiba, kami kembali ke Pulau Semak Daun kemudian mempersiapkan makan malam, makan malam dengan spaghetti yang dimasak seadanya, kemudian istirahat lagi. Dan baru di hari ketiga kami kembali ke Pulau Pramuka untuk naik kapal kembali ke Muara Angke, Jakarta. Namun kami turun di Pelabuhan Marina, Ancol. Setelah turun dari pelabuhan kami naik busway menuju Stasiun Gambir untuk naik kereta Argo Parahyangan menuju Bandung. Menariknya, kami membeli tiket bisnis, tetapi setelah kereta berjalan, kami pindah ke gerbong eksekutif, kemudian langsung tidur :mrgreen:. Mungkin begitulah sedikit cerita petualangan di pulau Semak Daunnya, semoga bisa memberikan referensi dan manfaat. Untuk biayanya, masingΒ² dari kami menghabiskan kurang dari 300 ribu rupiah, selama petualangan 3 malam 2 hari dari Bandung dan kembali ke Bandung lagi. Untuk detail rincian biaya saya tidak bisa jelaskan karena sudah lupa, sudah cukup lama juga soalnya, hehe. β 25 readers -6.975779107.630596 Related Indonesia Travel AprilArgo ParahyanganBackpackBandungFriendsGambirIndonesiaJakartaKepulauan SeribuMonasMuara AngkePulau AirPulau PramukaPulau Semak DaunPulau Semut KecilPulau TidungTravelling