Berkeliling Vang Vieng adalah salah satu hal yang tidak boleh dilewatkan. Setelah cukup lelah berwisata alam seharian di Vang Vieng ini, sore hari hingga malamnya kami tidak ingin menyia-nyiakan selagi masih ada di kota yang memang dikonsep tourist friendly oleh pemerintah Lao PDR.

Vang Vieng yang sekarang bukan lagi Vang Vieng yang dulu. Kota yang tadinya dikenal sebagai the most ridiculous party scene on Earth kini merupakan kota yang pariwisatanya lebih ramah lingkungan dan kondisinya lebih baik.

Dulu Vang Vieng adalah surganya backpacker. Selain harga yang murah untuk party, kurang adanya regulasi dari pemerintah yang mengatur tentang pariwisata setempat juga mendukung backpacker di berbagai belahan dunia berbondong-bondong berkunjung ke kota ini. Efek sampingnya banyak sekali bermunculan hotel, restoran, dan bar baik di setiap sudut kota maupun di sepanjang Sungai Nam Song.

“It’s just destroying the town and we are losing our culture. The noise, the people naked, alcohol, people vomiting all over the place, sex. It was totally and utterly unregulated tourism.”

“Surga Dunia” banget.

Peringatan di sudut kota Vang Vieng

Kini setelah ada regulasi dari pemerintah sudah jadi lebih tenang dan damai. Meskipun jadi lebih sedikit turis yang datang dan secara otomatis pendapatan masyarakat dari pariwisata pun ikut menurun.

***

Sore itu kami berjalan beberapa blok dari hostel tempat kami menginap dan menemukan warung makan yang kami anggap cocok di selera kami dan semoga halal, hahaha.

Salah satu temple di pusat Kota Vang Vieng
Tipikal warung di Vang Vieng
Pilihan saya jatuh pada noodle soup dan lao coffee

Malam harinya kami sempatkan untuk mampir di cafe yang ada hammock, live music, mbak-mbak nari pake holahoop dan turis-turis yang chill di sekitar api unggun. Menikmati hidup banget sambil pesen… Mineral Lao!

Wakakakak, ngirit bos.

Banyak cafe unyu macem ini
Chill di hammock
Chill di deket api unggun
Balik-balik masih pada party pake lagu Justin Bieber :))

***

Pagi harinya kami hanya akan jalan-jalan bentar berkeliling kota karena kami harus berpindah ke kota selanjutnya di siang hari, yaitu Luang Prabang. Dan ternyata emang Kota Vang Vieng ini lebih mirip semacam ibukota kecamatan gitulah kalau di Indonesia kali ya, cuma udah lumayan banyak guest house dan tempat makannya, heheu.

Salah satu penampakan agen wisata
RSUD Vang Vieng
SD Negeri Vang Vieng
Institut Teknologi Vang Vieng
Asrama Putri ITV
 
 
Tipikal cewek-cewek di Vang Vieng : pake gaya rambut cepol
Beerlao anywhere

GEMES BANGET GA SI PENGEN NYIRAM DEBU-DEBUNYA?? HAHAHA.

***

Siang harinya setelah packing, kami sempatkan untuk makan siang sembari menunggu van yang akan mengantarkan kami dari Vang Vieng ke Luang Prabang. Karena perjalanan bakal ditempuh selama 5-6 jam perjalanan, itu pun setelah menggunakan jalur baru. Jika menggunakan jalur lama katanya bisa sampai 7 jam.

Last day in Vang Vieng
Tipikal jalanan Vang Vieng
Makan + leyeh-leyeh dulu
Sambil makan disuguhi pemandangan kece perbukitan karst yg khas
 
 

Setelah menunggu beberapa saat akhirnya van yang akan kami tumpangi pun datang. Dan bertolaklah kami ke Luang Prabang bersama dengan mbak-mbak bule, wkwk.

Pit stop to Luang Prabang

Sampai jumpa di Luang Prabang!


→ 262 readers

About the author

📝 blogger ⚡software engineer — working remotely

2 comments

  1. Setelah baca ini, yg aku harepin, moga gampang nemuin hotel tempat aku nginep, dan semoga ga kena radang tenggorokan parah lagi kyk waktu di kamboja, gara2 berdebu parah gini wkwkwkwk..

    Duuh liat debunya, aku lgs megangin muka.. Setebel ama ntr kalo diusap pake kapas dan pembersih hahahahah :p

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *