Skip to content
Arif Setiawan
Arif Setiawan

travel, culinary and technology

  • Home
  • About
  • Travel
    • Indonesia
      • Bali
      • Banten
      • Jakarta
      • Jawa Barat
      • Jawa Tengah
      • Jawa Timur
      • Kalimantan Selatan
      • Lampung
      • Sumatera Barat
      • Sumatera Utara
      • Yogyakarta
    • Laos
    • Malaysia
    • Singapore
    • Vietnam
  • Culinary
  • Technology
    • Startup
    • Software Development
    • Social Media
  • #kulinersince
  • Nol Kilometer
Arif Setiawan

travel, culinary and technology

Gembira Loka, Kebun Binatang Andalan Yogyakarta Sejak 1953

Arif Setiawan, August 3, 2024August 3, 2024

Kebun Binatang Gembira Loka ini juga merupakan salah satu kenangan bagi warga Yogyakarta dan sekitarnya. Di masa kecil pendidikan dasar, sepertinya hampir setiap sekolah pasti mengagendakan untuk darmawisata ke kebun binatang ini. Selain tidak terlalu jauh, harga tiketnya pun masih sangat ramah di kantong.

Setelah sekarang punya anak dan penasaran untuk mengajak ke sini, ternyata masih terawat dan ramah untuk wisata anak dan keluarga. Dan setelah baca sejarahnya, ternyata sudah lama sekali, karena ideasi soal kebun ini sudah ada dari jaman Sri Sultan Hamengku Buwono VIII pada tahun 1933. Mantap sekali.

Gembira Loka
Gembira Loka

Sejarah Gembira Loka

Kalau diartikan secara harfiah, Gembira Loka berarti tempat bahagia. Ide awal pembangunan Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka berasal dari keinginan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII pada tahun 1933 akan sebuah tempat hiburan, yang di kemudian hari dinamakan Kebun Rojo. Ide tersebut direalisasikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dengan bantuan Ir. Karsten, seorang arsitek berkebangsaan Belanda. Ir. Karsten kemudian memilih lokasi disebelah barat Sungai Gajah Wong, karena dianggap sebagai tempat paling ideal untuk pembangunan Kebun Rojo tersebut. Namun akibat dampak Perang Dunia II dan juga pendudukan oleh Jepang, pembangunan Kebun Rojo terhenti.

Pada saat proses pemindahan ibukota negara dari Yogyakarta kembali ke Jakarta di tahun 1949 setelah selesainya Perang Dunia II, tercetus lagi sebuah ide untuk memberikan kenang-kenangan kepada masyarakat Yogyakarta berupa sebuah tempat hiburan dari pemerintah pusat yang dipelopori oleh Januismadi dan Hadi, SH. Ide tersebut mendapat sambutan hangat dari masyarakat Yogyakarta, akan tetapi realisasinya masih belum dirasakan oleh masyarakat. Hingga di tahun 1953, dengan berdirinya Yayasan Gembira Loka Yogyakarta (sesuai akta notaris RM. Wiranto No. 11 tanggal 10 September 1953) yang diketuai oleh Sri Paduka KGPAA Paku Alam VIII, maka pembangunan Kebun Rojo yang tertunda baru benar-benar dapat direalisasikan.

Selang beberapa tahun kemudian, tepatnya 1959, KGPAA Paku Alam VIII menunjuk Tirtowinoto untuk melanjutkan pembangunan Gembira Loka. Dipilihnya Tirtowinoto karena yang bersangkutan dinilai memiliki kecintaan terhadap alam dan minat yang besar terhadap perkembangan Gembira Loka. Ternyata sumbangsih Tirtowinoto yang tidak sedikit, baik dalam hal pemikiran maupun material, terbukti mampu membawa kemajuan yang pesat bagi Gembira Loka. Puncaknya di tahun 1978, ketika koleksi satwa yang dimiliki semakin lengkap, sehingga pengunjung Gembira Loka semakin meningkat.

Visi dan Misi Gembira Loka

Visi

Melestarikan tumbuh-tumbuhan dan satwa sesuai dengan alam habitatnya, sehingga bisa bermanfaat bagi alam dan kehidupan manusia

Misi 

  • Tempat pengembangan dan pelestarian jenis-jenis tumbuhan.
  • Sebagai paru-paru kota dan cadangan air resapan di kota Yogyakarta.
  • Sebagai lembaga konservasi yang mampu mensejahterakan satwa dengan memelihara dan merawat satwa sesuai habitatnya.
  • Mengembangbiakan tumbuhan dan menangkarkan satwa dengan menjaga kemurnian genetic dan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa.
  • Pusat penelitian satwa yang mampu memberikan informasi mengenai jenis satwa, habitat satwa, pakan, cara reproduksi dan perawatan satwa guna menunjang pelestarian satwa.
  • Sebagai sarana pendidikan yang mampu memberikan informasi tentang satwa sehingga menambah pengetahuan akan manfaat pelestarian satwa di lembaga konservasi.
  • Untuk penyadaran kepada masyarakat untuk mencintai dan melestarikan jenis tumbuhan dan satwa dari bahaya kepunahan.
  • Tempat rekreasi berwawasan lingkungan agar lebih dirasakan manfaat atas keseimbangan dan kemanfaatan ekosistem yang ada.
  • Mengembangkan tempat rekreasi yang kreatif, menarik dan edukatif.
  • Melakukan promosi untuk memperkenalkan, meningkatkan dan menjaga kunjungan.

Sempat sedikit terpuruk imbas dari gempa jogja di tahun 2006 silam, kini kebun binatang ini sudah kembali lagi kodratnya sebagai tempat hiburan dan paru-paru Kota Yogyakarta.

Selain nyaman untuk mengajak anak-anak, stroller friendly, kebun binatang ini juga sekarang sudah lansia friendly. Nyaman banget lah, parkirnya juga luas dan proper. Cocok banget untuk liburan keluarga dengan budget yang moderate.

Cuma memang jalan menuju ke sini sedikit ramai, jadi hati-hati saja ya bagi yang membawa mobil pribadi. Angkutan umum pilihan ke sini juga mulai jarang seiring perkembangan zaman.

Semoga tempat wisata seperti ini terus bisa bertahan ya di kawasan Jogja, mengingat kota ini bisa dibilang merupakan salah satu tujuan wisata kedua setelah Bali.


Harga

Harga tiket untuk masuk ke sini adalah Rp 60.000 di hari Senin – Jumat, sedangkan untuk Sabtu, Minggu dan libur nasional adalah Rp 75.000.

Lokasi 

Jl. Kebun Raya No. 2 Kota Gede Yogyakarta 55171.

Jam Buka

Senin – Jumat : 08.00-16.00 WIB | Sabtu Minggu Libur Nasional : 08.00-16.00 WIB.


→ 42 readers

Related

Indonesia Travel Gembira LokaKebun BinatangSri Sultan Hamengku BuwonoYogyakarta

Post navigation

Previous post
Next post

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Popular Posts

  • Warung Makan Purnama Muntilan Sejak 1965
  • Taco Casa Ubud
  • Pendakian Gunung Manglayang 1818 MDPL
  • Game Development Life Cycle
  • Pempek Ny. Kamto Sejak 1984
  • Sate Kambing Moro Lego Pak Kuwat Tulungagung Sejak 1992
  • Sate dan Tongseng Pak Kurdi Sejak 1978
  • Kehidupan Tidak Pernah Berakhir
  • Getuk Goreng Haji Tohirin Sejak 1918
  • Sate Subali Batang Sejak 1971

Recent Posts

  • Sakopi Magelang: Tempat Nongkrong Asik di Kota Sejuta Bunga
  • Bajak Laut Muntilan Fresh Seafood
  • Geblek Pari Nanggulan: Menikmati Masakan Rumahan di Tengah Persawahan
  • Rumah Makan Padang Djawa Magelang
  • Dapoer Gending Muntilan: Cita Rasa Autentik di Kota Muntilan

Categories

Archives

Subscribe

Enter your email address to subscribe to this blog.

Join 1,225 other subscribers
Seedbacklink

Travel

  • Alun-Alun Jombang: Ruang Publik Ikonik di Jantung Kota SantriMay 4, 2025
  • Nol Kilometer Tuban: Titik Awal Menjelajah Bumi WaliApril 27, 2025
  • Leisure Trip ke Morwell: Dari Taman Bunga hingga Sushi Favorit TravelerMarch 24, 2025
  • Jalan Braga: Simbol Kejayaan Bandung di Masa KolonialJanuary 5, 2025
  • Staycation di Grand Rohan JogjaDecember 25, 2024

Culinary

  • Sakopi Magelang: Tempat Nongkrong Asik di Kota Sejuta BungaAugust 19, 2025
  • Bajak Laut Muntilan Fresh SeafoodAugust 17, 2025
  • Geblek Pari Nanggulan: Menikmati Masakan Rumahan di Tengah PersawahanJuly 12, 2025
  • Rumah Makan Padang Djawa MagelangJune 14, 2025
  • Dapoer Gending Muntilan: Cita Rasa Autentik di Kota MuntilanMay 13, 2025

Technology

  • iOS Conference Singapore 2020November 28, 2021
  • Sinergi Coworking Space JogjaAugust 22, 2020
  • WordCamp Jakarta 2019February 12, 2020
  • Kubik Coworking & Art Space PadangApril 13, 2019
  • Redesign Aplikasi IndiHomeNovember 6, 2018
©2025 Arif Setiawan | WordPress Theme by SuperbThemes
 

Loading Comments...