Skip to content
Arif Setiawan
Arif Setiawan

travel, culinary and technology

  • Home
  • About
  • Travel
    • Indonesia
      • Bali
      • Banten
      • Jakarta
      • Jawa Barat
      • Jawa Tengah
      • Jawa Timur
      • Kalimantan Selatan
      • Lampung
      • Sumatera Barat
      • Sumatera Utara
      • Yogyakarta
    • Laos
    • Malaysia
    • Singapore
    • Vietnam
  • Culinary
  • Technology
    • Startup
    • Software Development
    • Social Media
  • #kulinersince
  • Nol Kilometer
Arif Setiawan

travel, culinary and technology

Jalan Braga: Simbol Kejayaan Bandung di Masa Kolonial

Arif Setiawan, January 5, 2025January 5, 2025

Jalan Braga adalah salah satu ikon bersejarah di Kota Bandung yang tak pernah kehilangan daya tariknya. Berlokasi di pusat kota, jalan ini menyimpan kisah panjang yang mencerminkan transformasi Bandung dari kota kecil menjadi pusat perdagangan dan kebudayaan selama masa kolonial Belanda.

Tulisan Braga di Jalan Braga
Tulisan Braga

Keunikan Jalan Braga terletak pada perpaduan sejarah, arsitektur klasik, dan kehidupan modern yang terus berdenyut hingga saat ini.

Berikut adalah perjalanan sejarah Jalan Braga dari masa ke masa.

Awal Mula: Dari Karrenweg ke Braga

Pada akhir abad ke-19, Jalan Braga hanyalah sebuah jalan kecil yang dikenal dengan nama Karrenweg, atau “Jalan Kereta Sapi”. Jalan ini digunakan oleh para petani untuk mengangkut hasil bumi, seperti kopi dan teh, ke pasar di sekitar wilayah Bandung. Saat itu, Bandung masih merupakan kota kecil yang berfungsi sebagai tempat transit barang-barang dari perkebunan di Priangan.

Namun, perkembangan ekonomi di wilayah Priangan, khususnya melalui perkebunan kopi yang mendunia, mendorong pertumbuhan infrastruktur di Bandung. Jalan Braga mulai dilirik sebagai lokasi strategis untuk mendukung aktivitas perdagangan. Dalam waktu singkat, toko-toko mulai bermunculan di sepanjang jalan, dan wilayah ini perlahan berkembang menjadi pusat ekonomi baru.

Jalan Braga di Era Kolonial: Kejayaan dan Kemewahan

Memasuki awal abad ke-20, Jalan Braga mengalami transformasi besar-besaran. Pemerintah kolonial Belanda mempercantik kawasan ini untuk mendukung visinya menjadikan Bandung sebagai tuinstad (kota taman) sekaligus kota modern. trotoar lebar, lampu jalan bergaya Eropa, dan bangunan dengan arsitektur art deco mulai menghiasi Jalan Braga, yang kemudian menjadi pusat gaya hidup modern di Bandung.

Pada masa itu, Jalan Braga dikenal dengan julukan “De meest Europese straat van Indie” yang berarti “Jalan paling Eropa di Hindia Belanda”. Julukan ini muncul karena deretan toko mewah yang menjual produk-produk impor dari Eropa, seperti pakaian, perhiasan, dan kebutuhan rumah tangga. Toko-toko seperti Au Bon MarchĂ© dan Van Gorkom menjadi tempat belanja favorit kaum elit, baik warga Belanda maupun pribumi kaya.

Selain menjadi pusat perdagangan, Jalan Braga juga menjadi pusat hiburan. Bioskop, teater, dan kafe-kafe elegan bermunculan, menjadikan Braga sebagai tempat pertemuan dan hiburan malam bagi masyarakat kelas atas. Salah satu landmark penting di masa itu adalah Gedung Societeit Concordia (kini Gedung Merdeka), yang menjadi tempat pertemuan kaum elit untuk menikmati acara dansa, pertunjukan seni, atau pertemuan resmi.

Masa Pasca Kemerdekaan

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Jalan Braga tetap menjadi salah satu pusat ekonomi di Bandung. Namun, perlahan-lahan kejayaannya mulai memudar akibat perkembangan kota yang membawa pergeseran pusat bisnis ke wilayah lain. Jalan Braga menjadi kurang terawat, meskipun beberapa bangunan tuanya tetap bertahan sebagai saksi bisu masa lalu.

Bandros di Jalan Braga

Pada era 1980-an, Pemerintah Kota Bandung mulai mengambil langkah untuk merevitalisasinya. Tujuannya adalah mengembalikan pesona Braga sebagai ikon kota sekaligus menjadikannya destinasi wisata bersejarah. Kini, daerah ini menjadi kawasan yang populer di kalangan wisatawan lokal maupun mancanegara, dengan deretan kafe vintage, toko seni, dan bangunan tua yang menampilkan gaya art deco khas masa kolonial.

Braga di Era Modern

Jalan Braga saat ini tak hanya menawarkan jejak sejarah, tetapi juga menjadi pusat budaya yang dinamis. Berbagai acara, seperti Braga Festival, diadakan setiap tahun untuk mempromosikan seni, budaya, dan pariwisata Kota Bandung. Pengunjung dapat menikmati suasana klasik sambil mencicipi kuliner khas atau berbelanja produk lokal yang dijual di sepanjang jalan ini.

Beberapa bangunan tua, seperti Gedung Merdeka dan Hotel Savoy Homann, tetap menjadi ikon yang menghubungkan masa lalu dan masa kini. Tak ketinggalan, mural dan seni jalanan yang menghiasi Braga menjadi daya tarik baru bagi generasi muda yang ingin berburu foto atau sekadar menikmati suasana unik kawasan ini.

***

Jalan Braga bukan sekadar jalan biasa, melainkan cerminan perjalanan sejarah Bandung dari masa kolonial hingga era modern. Dengan pesonanya yang unik, Braga berhasil mempertahankan statusnya sebagai simbol kebanggaan kota.

Berjalan di sepanjang kawasan ini hari ini seperti melintasi lorong waktu yang memadukan nuansa klasik dengan kehidupan urban yang dinamis.

Jika kalian berkunjung ke Bandung, jangan lupa untuk menjelajahinya. Nikmati suasana, arsitektur, dan sejarah yang tersimpan di setiap sudutnya. Braga adalah bukti nyata bahwa sebuah kota dapat terus maju tanpa melupakan akar sejarahnya.


→ 58 readers

Related

Indonesia Travel BandungBragaJalan BragaJawa BaratKarrenweg

Post navigation

Previous post
Next post

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Popular Posts

  • Kepiting Gemes Pak Mamo Pemalang Sejak 1989
  • Game Development Life Cycle
  • Kampung Ulam Ngrajek Magelang
  • Danau Beratan Bedugul Bali
  • Ayam Penyet Bu Tris Braga
  • Ayam Goreng Bu Tini Sejak 1967
  • Pantai Pandawa Bali
  • Lokawisata Baturraden Sejak 1928
  • Pendakian Gunung Sumbing 3371 MDPL
  • Pempek Ny. Kamto Sejak 1984

Recent Posts

  • Dapoer Gending Muntilan: Cita Rasa Autentik di Kota Muntilan
  • Depot Nikmat Jombang Sejak 1987
  • Alun-Alun Jombang: Ruang Publik Ikonik di Jantung Kota Santri
  • Nol Kilometer Tuban: Titik Awal Menjelajah Bumi Wali
  • Mengenal Jenis-Jenis Server: Mana yang Cocok untuk Website Anda?

Categories

Archives

Subscribe

Enter your email address to subscribe to this blog.

Join 1,224 other subscribers
Seedbacklink

Travel

  • Alun-Alun Jombang: Ruang Publik Ikonik di Jantung Kota SantriMay 4, 2025
  • Nol Kilometer Tuban: Titik Awal Menjelajah Bumi WaliApril 27, 2025
  • Leisure Trip ke Morwell: Dari Taman Bunga hingga Sushi Favorit TravelerMarch 24, 2025
  • Jalan Braga: Simbol Kejayaan Bandung di Masa KolonialJanuary 5, 2025
  • Staycation di Grand Rohan JogjaDecember 25, 2024

Culinary

  • Dapoer Gending Muntilan: Cita Rasa Autentik di Kota MuntilanMay 13, 2025
  • Depot Nikmat Jombang Sejak 1987May 10, 2025
  • Sop Buntut dan Soto Pak Sugeng YogyakartaApril 3, 2025
  • Warung Kopi Purnama Bandung: Legenda yang Bertahan Sejak 1930January 4, 2025
  • Lacamera Coffee Bandung: Tempat Nongkrong Asyik dengan Kopi BerkualitasJanuary 1, 2025

Technology

  • iOS Conference Singapore 2020November 28, 2021
  • Sinergi Coworking Space JogjaAugust 22, 2020
  • WordCamp Jakarta 2019February 12, 2020
  • Kubik Coworking & Art Space PadangApril 13, 2019
  • Redesign Aplikasi IndiHomeNovember 6, 2018
©2025 Arif Setiawan | WordPress Theme by SuperbThemes
 

Loading Comments...