Kunjungan Pertama ke Kota Bawang Arif Setiawan, July 2, 2016May 30, 2020 Ada satu kota yang menarik perhatian setelah kejadian yang tak terduga, yaitu Kota Bawang atau yang lebih dikenal dengan Brebes. Setelah bertemu dengan orang no 1 di Indonesia, malam harinya kami agak jetlag dan refleks langsung berdiskusi langkah apa yang sebaiknya diambil untuk menjawab tantangan beliau. 2 minggu bisa ya? Masih ingat jargon yang sempat menggemparkan linimasa menjelang Pemilu 2014 lalu? Ya, Presiden Joko Widodo sampai menyebut programmer sebagai salah satu entitas yang bisa memberikan solusi kepada negara ini. Hingga dini hari di Setiabudi One sambil menikmati Mama Roz rasa strawberry (detail ya, wkwk), akhirnya kami putuskan untuk melakukan business model testing, apakah dengan aplikasi bisa langsung memotong rantai pasok yang panjang dari bawang merah? Dan karena aplikasi hasil dari hackathon pastinya belum ready untuk digunakan secara publik, akhirnya kita memutuskan untuk melakukan pengujian dengan menerima pesana menggunakan jalur WhatsApp dan SMS. Terkumpullah pesanan sekitar 700 kg dari 2 hari dibuka. So, what’s next? Kita dapet bawang merahnya dari mana? Singkat cerita akhirnya kita mau dianter temen sekantor Lisa, Pak Maulani yang asli orang Brebes dan punya kenalan petani bawang merah. Dari situlah akhirnya kenal dengan Pak Samsul dan keluarganya. *** Kami langsung memesan tiket kereta ke Brebes di akhir pekan, dengan rencana sampai di sana dini hari, kemudian langsung ke Pasar Lelang Bawang Merah sehabis subuh dan bertemu petani di siang harinya. Pasar Lelang Bawang Merah Dan ternyata memang benar, di Kota Bawang ini harga bawang merah ditentukan oleh para tengkulak atau pedagang besar di pasar lelang tersebut. Yang menjadi dasar penentuan harga itu? Masih misteri. Kami akhirnya mencoba belanja sekitar 200kg, untuk ikut merasakan bagaimana proses bisnis di sana. Kami berhasil mendapatkan dengan harga yang bervariatif seiring berjalannya waktu. Kami langsung membawa bawang itu dengan angkot menuju rumah Pak Samsul di daerah Wanasari. Sampai di sana, kami berkenalan dan cerita sedikit kenapa sampai mau nyoba ngurusin bawang merah. Sampai di rumah Pak Samsul Pertama kali ketemu 😀 Setelah itu kami mendapatkan kesimpulan bahwa tidak sedikit yang melakukan skenario mencampur bawang yang bagus dan jelek di setiap karung yang kami beli di pasar lelang. Packaging dari Petani Salah satu diferensiasi dari proses bisnis yang akan kami coba hari itu adalah proses packaging dilakukan di sisi petani, sehingga ketika dikirim ke Jakarta langsung bisa dikirim ke rumah pembeli. Konsepnya sama dengan packaging bawang di supermarket. Sebelum dilakukan packing, bawang yang kami bawa dari pasar harus dijemur terlebih dahulu hingga kering. Agar bawang lebih tahan lama ketika dikirim nanti. Pura-pura ikut sibuk njemur, haha Akhirnya kami langsung bersama-sama dengan semua anggota keluarga Pak Samsul ‘mbungkusin’ bawang selama seharian penuh, diselingi dengan makan makanan khas Brebes. Hal yang benar-benar baru bagi kami para programmer. Luar biasa, haha. Ditimbang agar packaging sesuai harapan Hasil packaging Makan siang… *** Singkat cerita, kami baru selesai melakukan pembungkusan bawang 700kg (200kg dari pasar lelang, 500kg dari Pak Samsul) di malam hari abis maghrib. Kami harus bergegas mencari sewa pickup untuk kemudian dititip di bagasi bus. Lagi-lagi kami menggunakan skenario, yang paling possible dieksekusi dengan cepat terlebih dahulu. Rangkuman kegiatan sehari di Brebes Untungnya saat itu sudah ada Tol Cipali, sehingga perjalanan kami bisa lebih cepat dari Brebes ke Jakarta. Kami tiba di terminal Lebak Bulus dini hari, sambil membawa bawang yang langsung dimasukkan ke angkot carteran. Kala itu di bawa ke kosan Lisa di daerah Fatmawati, yang beberapa hari kemudian kena marah bapak kosannya karena jadi bau bawang, hahaha. Nah, setelah dapat barangnya, lalu apa yang dilakukan? Kami mengirim bawang-bawang itu menggunakan layanan startup lain yang beroperasi di bidang logistik, tetap menggunakan skenario paling possible eksekusi. Hasilnya? Bawang yang dipesan sudah sampai rumah pembeli meskipun belum bisa lebih murah dari harga pasar, saat itu. Begitulah sedikit cerita bagaimana kami ke Kota Bawang untuk mencoba menguji bisnis model untuk memulai sebuah startup dengan mengurangi effort dalam membuat aplikasi terlebih dahulu. Nantikan cerita selanjutnya ya :D. → 187 readers Related Startup Bawang MerahBrebesBusiness ModelJawa TengahJoko WidodoJokowiLimakiloStartup