Berpijak Kembali di Tanah Jogja Arif Setiawan, September 7, 2012July 30, 2020 Setelah sekian lama, akhirnya saya menginjakkan kaki lagi di kota Yogyakarta. Kota yang menjadi salah satu top priority tujuan wisata di Indonesia. Kebetulan kemarin waktu libur lebaran ada rencana untuk ngumpul bareng Genk Berisik, salah satu geng terkemuka di kampus kala itu, haha. Dan akhirnya bisa terlaksana, walaupun ada sedikit halangan, hmm…. Telat Ngumpul Ini gara-gara saya masih ngurus sesuatu di SAMSAT Purworejo yang sistem antriannya ga jelas, akhirnya saya ketinggalan kereta Prambanan Ekspress tujuan Jogja. Setelah memutuskan untuk berkunjung ke sana di lain hari, saya kemuadian mencari bis tujuan Jogja. Dan alhamdulillah dapetnya bis yang agak cukup bagus (baca: mungkin sudah waktunya untuk segera dimuseumkan). Jadilah saya agak lama sampainya. Saya turun di dekat Pasar Gamping, untuk kemudian disambung dengan bis kecil menuju Malioboro. Tarif bis Purworejo-Jogja lebih mahal (Rp 15.000) daripada tarif kereta Prameks Kutoarjo-Jogja (Rp 9.000). Untuk tarif bis kecil dari Gamping ke Malioboro Rp 3.000. Turun di perempatan Kantor Pos, Kilometer Nol Kota Jogja. Sampai di Malioboro saya langsung menuju Masjid Malioboro untuk mengikuti sholat jumat terlebih dahulu. Saat itu yang lain (Whe, Anggi, Mbak Tia) sudah ngumpul di Malioboro Mall. Setelah jumatan barulah kami bisa bertemu, saya dan Whe bertemu di masjid dan langsung ke McD (saya belum makan sejak pagi hari). Kraton Yogyakarta Acara jalan-jalan kami memang standar, mau jalan ke kraton dulu, hehe. Sebelum perjalanan ke kraton ada satu cerita menarik, kami ingin mencoba naik andong tapi… andong pinten mas? dugi kraton| suwidak mas | gangsal welas mawon nggih? | dereng tau numpak andong mas? monggo lampah mawon #jogja— Arif Setiawan (@ariffsetiawan) August 27, 2012 ngadhang taksi | dugi kraton pinten pak? | kalih doso mas | langsung naik ga pake nawar :)) #jogja— Arif Setiawan (@ariffsetiawan) August 27, 2012 Akhirnya kami naik taksi karena terlalu mahal untuk membayar andong, mungkin penumpang mereka sudah kelas turis kali ya. Sampai di kraton, kami hanya bisa masuk di bagian depan jalan muter sebentar, kemudian keluar, karena bagian belakang yang biasanya sudah ditutup. Jadi hasil dokumentasi sedikit berbeda dengan kraton yang ada pada postingan saya sebelumnya. Untuk masuk kraton perlu membayar tiket Rp 3.000. Kilometer Nol Yogyakarta Dari kraton kemudian kami jalan menuju Malioboro, berhenti sejenak di Kilometer Nol yang terletak di perempatan Kantor Pos. Sebelumnya saya dan Whe sempat jajan es kencur, seger tenan pokoke, minuman yang jarang di temukan di tempat lain, hehe. Di sini kami hanya istirahat sejenak dan berfoto-foto, hehehe. Benteng Vredeburg Ini merupakan salah satu tempat favorit saya, selain tempatnya sejuk, lumayan sepi, tiketnya murah, tapi tidak jauh dari Malioboro. Biasanya saya kalau ke Jogja ya sholat ashar di musholla benteng ini. Di sini kami istirahat dan ngobrol ngalor ngidul, ya kalau ngumpul² emang apalagi yang dilakukan kalau ga ngobrol :D. Artemy Italian Gelato Ini sejenis es krim yang katanya es krim Italia, salah satu pilihan untuk menyegarkan lidah dari panasnya kota Jogja ;). Lokasinya ada di sebelah utara Malioboro Mall. Untuk harganya yaitu Rp 10.000. Setelah makan es krim, kami berpisah, karena sudah maghrib, mbak Tia mau menghadiri halal bi halal SMA Teladan, saya, Whe dan Anggi menuju Stasiun Tugu. Saya dan Whe kemudian naik Prameks jurusan Solo Balapan. Anggi masih di stasiun menunggu dijemput. Ya, mungkin hanya itu sedikit cerita reuni kecil-kecilan Genk Berisik, masih kurang satu lagi sebenarnya, Kak Isa, yang tanggal 9 September 2012 nanti akan melangsungkan pernikahan dengan kak Eka. Selamat menempuh hidup baru ya kak, semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah, Aamiin :). → 23 readers -6.975779107.630596 Related Indonesia Travel AndongAnggi Putri PertiwiArtemy Italian GelatoBenteng VredeburgFriendsGampingGeng BerisikItalian GelatoKilometer NolKratonLebaranMalioboroMalioboro MallPrameksPurworejoSAMSAT PurworejoSeptia RaniStasiun TuguTravellingWalesa DantoYogyakarta