Membuat Kultur Baru Memang Tidak Mudah Arif Setiawan, February 16, 2014March 14, 2018 Iya, khususnya di dunia internet dan teknologi yang semakin maju ini. Di luar sana masih banyak sekali sebenarnya hal-hal yang bisa diotomasikan lewat penerapan teknologi. Banyak sekali juga orang-orang yang sebenarnya mampu memberikan solusi otomasi itu (read : orang dengan latar belakang pendidikan IT atau yang menekuninya). Tapi kenapa masih banyak sekali juga yang masih kolot untuk mempertahankan atau sulit meninggalkan kebiasaan lama? Ya karena memang membuat kultur baru itu tidak mudah, menurut saya. Mungkin lebih enak saya kasih contoh seperti ini. Email Jaman dahulu email bukanlah kebutuhan utama seseorang, tapi sekarang email sudah bisa diibaratkan sebagai identitas global, yang bisa digunakan untuk berkomunikasi ke seluruh penjuru dunia, asalkan ada internet. Dan bisa diakses dari berbagai macam platform. Cloud Service Jaman dahulu, ga dahulu-dahulu amat si, untuk memindahkan data kita pasti membutuhkan disket, flash disk atau harddisk untuk kapasitas yang besar, tapi sekarang sudah banyak layanan gratis yang berbasis cloud computing yang bisa menyimpankan data kita serta melakukan sinkronisasi sehingga kita dapat melakukan akses terhadap data beserta modifikasinya dari berbagai tempat dengan isi yang sama. Saya biasanya menggunakan Dropbox, Google Drive dan Box. Contoh gamblangnya kalau saya habis download file di komputer tempat kerja, tinggal saya taruh file di folder sinkronisasi, kemudian ketika saya menyalakan laptop di kosan, otomatis isi folder di laptop akan berisi file yang sama dengan folder di komputer kantor, tidak perlu colok flashdisk lagi. Namun, ada satu kelemahan juga yaitu kecepatan sinkronisasinya menyesuaikan kecepatan internet kosan juga, hehe. Subversion Hal ini sebenernya baru saya kenal sekitar 3 tahun terakhir. Yang mana sudah jadi hal wajib bagi saya jika melakukan development dalam komposisi sebuah tim (read: yang koding ga cuma satu orang) atau buat sendirian juga bisa banget. Intinya si buat sinkronisasi source code agar tidak saling timpa jika ada pengubahan file yang sama dalam satu waktu. Hampir sama dengan layanan cloud, bedanya kita bisa bikin server sendiri dengan mudah, dan historikal, jadi bisa dibalikin ke beberapa versi sebelumnya. Jika layanan cloud bakal menimpa file dengan nama yang sama. Intinya si memang untuk mengubah sesuatu yang sudah menjadi kultur yang sudah berlangsung lama memang tak cukup mudah. Ada banyak faktor yang bisa diperhitungkan. Salah sedikitnya seperti gambar ini. Social Media Marketing adalah hal baru, dahulu mungkin iklan hanya sebatas di media massa atau media elektronik saja. Hampir sama juga kasusnya ketika saya dan tim membuat platform kompetisi futsal : Futsalholic. Sebagian besar pemain futsal dan panitia kompetisi futsal belum terbiasa dengan publikasi hasil pertandinga dan livescore secara online. Lagi-lagi masalah kultur kan ya? Yang mana membutuhkan waktu untuk bisa merubahnya. Ujung-ujungnya promosi, ga papa lah ya? :)) @ariffsetiawan → 223 readers Related Startup FutsalholicInternetSocial MediaStartup