Skip to content
Arif Setiawan
Arif Setiawan

travel, culinary and technology

  • Home
  • About
  • Travel
    • Indonesia
      • Bali
      • Banten
      • Jakarta
      • Jawa Barat
      • Jawa Tengah
      • Jawa Timur
      • Kalimantan Selatan
      • Lampung
      • Sumatera Barat
      • Sumatera Utara
      • Yogyakarta
    • Laos
    • Malaysia
    • Singapore
    • Vietnam
  • Culinary
  • Technology
    • Startup
    • Software Development
    • Social Media
  • #kulinersince
  • Nol Kilometer
Arif Setiawan

travel, culinary and technology

Kampung Warna-Warni Jodipan Malang

Arif Setiawan, May 15, 2018April 28, 2020

Kampung Warna-Warni Jodipan dulunya merupakan pemukiman kumuh di bantaran Sungai Brantas, Kota Malang. Namun, sejak bulan September tahun 2016 sudah lain ceritanya karena kampung yang terletak di Kelurahan Jodipan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang ini disulap menjadi kampung wisata yang hingga kini sangat ramai pengunjungnya.

Kampung Wisata Jodipan Malang

Tentang Jodipan

Kampung Jodipan ini merupakan salah satu kampung yang pertama kali bertransformasi dari kampung kumuh menjadi kampung wisata, mirip dengan kawasan Kampung Kali Code di Yogyakarta. Di sebelahnya, yang hanya dipisahkan oleh jembatan terdapat Kampung Tridi yang berisikan gambar-gambar 3 dimensi.

Adanya transformasi ini adalah inisiatif dari sekelompok mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang. Tujuan awalnya bukanlah dilakukan pengecatan kampung untuk menjadi kampung wisata, tetapi mengubah perilaku warga di bantaran sungai yang membuang sampah ke Sungai Brantas. Kegiatan pengecatan dilakukan agar lingkungan dan rumah-rumah di area tersebut tidak terlihat kusam karena landskap kampung yang dinilai cukup indah jika dilihat dari jalan di atasnya.

Kegiatan pengecatan melibatakan komunitas mural dan seniman untuk melukis dinding rumah warga serta puluhan tukang cat. Cat yang digunakan merupakan bentuk corporate social responsibilities perusahaan cat yang ada di Malang.

Dan ternyata kegiatan ini memberikan dampak berubahnya Jodipan dari kampung kumuh menjadi kampung wisata.

Pintu Masuk Kampung Jodipan Malang

Untuk memasukin kawasan Kampung Jodipan ini kita bisa melewati satu gapura yang ada di tepi Jalan Gatot Subroto. Setelah melewati gapura utama itu, kita harus membayar Rp 3.000 setiap orangnya, yang utamanya digunakan untuk biaya pengangkutan sampah dan perawatan lingkungan.

Dari sana dapat dilanjutkan dengan menuruni anak tangga yang terhubung dengan gang-gang kecil pemukiman warga. Tujuan akhirnya adalah tepi Sungai Brantas yang ada jembatan kacanya.

Berbagai hiasan di Kampung Jodipan Malang

Tidak hanya berbagai warna cat dan gambar mural di tembok rumah-rumah warga, ternyata di dalam perkampungan sendiri sudah berubah menjadi interior tempat wisata, ditandai dengan adanya berbagai hiasan di sepanjang gang yang ada di sana. Semakin menambah daya tarik pengunjung untuk berfoto-foto di sana.

Kontur Kampung Jodipan Malang yang naik turun

Kontur yang naik turun di pinggiran sungai menjadi hal yang menarik bagi saya, karena inovasi-inovasi untuk berkreasi menjadi lebih luas, beda dengan lokasi yang datar saja.

Foto alay bersama teman-teman, wkwk

Kebetulan saya ke sana di akhir tahun 2017 menjelang tahun baru banget, bersama teman-teman yang mau kondangan. Ada Haris, Mira, Ricky, Acung, Junda, Saya, Rina, Riwe, Mbak Elly. Yang berpotensi melakukan kesewengan bersama, hahaha.

Lokasi

Kelurahan Jodipan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang (sekitar 1 km dari Stasiun Malang)

Jam Buka

Senin – Minggu jam 06.00 – 18.00

Dampak Ekonomi

Transformasi ini juga secara langsung memberikan dampak ekonomi secara langsung kepada warga di Kampung Jodipan ini. Kini warga sudah banyak yang berprofesi sebagai pedagang makanan dan minuman ringan hingga pengelola parkir kendaraan pengunjung.

Dampak Sosial

Namun, dengan adanya transformasi ini ternyata masih ada masalah utama lain yang belum terselesaikan secara langsung di area kampung Jodipan selain pembuangan sampah ke sungai. Yaitu masalah sanitasi. Tidak semua rumah memiliki toilet. Tetapi, dengan berubahnya menjadi kampung wisata sekarang warga sudah menggunakan toilet umum secara bergantian. Luar biasa ya.

***

Saya sendiri sangat antusias sekali dengan cerita-cerita seperti ini, karena ada dampak nyata dari apa yang disebut sebagai pengabdian masyarakat yang merupakan salah satu dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Ya karena menurut saya masih banyak bentuk pengabdian masyarakat dari perguruan tinggi yang dilakukan oleh mahasiswa dan dosen yang bersifat tidak berkelanjutan. Semacam sayang aja dananya digunakan untuk kegiatan yang bersifat sementara dan ga jelas ujungnya, atau lebih miris lagi untuk kegiatan yang bersifat terlalu teoritis, tidak berdampak atau sebagai formalitas yang penting ada kegiatannya.

Bagaimana menurut teman-teman soal pengabdian masyarakat kampus kalian?

→ 510 readers

Related

Indonesia Travel Jawa TimurKampung JodipanMalangSungai BrantasUniversitas Muhammadiyah Malang

Post navigation

Previous post
Next post

Comments (3)

  1. Travelling in Malang says:
    September 11, 2018 at 12:05 pm

    Kampung warna warni ini sangat menarik. ada 2 kampung yang dipisahkan oleh sungai.
    Masuk ke kampung-kampung ini dikenakan biaya. Wajar sih ga mahal cuma RP. 3000 perkampung. selain bisa masuk kita juga dapet souvenir gantungan kunci.

    Kampung pertama lebih banyak didominasi rumah warna warni, kampung kedua “Kampung tridi” sangat menarik, walau rumah penduduk saling berdempetan penduduk disana ramah-ramah malah ngarahin gaya dan bantu untuk foto-foto.

    Semoga kampung ini masih terjaga kebersihannya dan keramahan penduduknya.

    Reply
  2. Anak Bali says:
    June 19, 2019 at 1:53 pm

    Luar biasa, suatu tindakan kecil bisa merubah banyak hal 🙂
    Semoga next trip ke Malang bisa mampir ke Kampung warna warni Jodipan dan Tridi

    Reply
  3. Bengkel says:
    November 25, 2019 at 4:58 pm

    Sudah lama saya tidak berkunjung ke kampung warna warni Jodipan-Malang, mungkin di waktu yang akan datang saya akan menyempatkan untuk ke sana lagi.

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Popular Posts

  • Sop Empal Bu Haryoko Muntilan Sejak 1940
  • Bakmi Jowo DU 67 Bandung
  • Istana Maimun Medan Sejak 1891
  • Ayam Betutu Khas Gilimanuk Bali Sejak 1976
  • Menu Solaria yang Ga Pernah Bikin Bosan
  • Wisata Mangrove Purworejo
  • Wisata Super Murah di Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta
  • Sate Subali Batang Sejak 1971
  • Mangut Lele Cindelaras Muntilan Sejak 1948
  • Soto Esto Salatiga Sejak 1953

Recent Posts

  • Bakso Urat Lor Patung Kuda Manahan Solo Sejak 1983
  • Kedai Kopi Rukun, Pelopor Kopitiam di Klaten
  • Semesta Resto Borobudur
  • Racikan Kopi Ponti Lempuyangan Yogyakarta
  • Sakopi Magelang: Tempat Nongkrong Asik di Kota Sejuta Bunga

Categories

Archives

Subscribe

Enter your email address to subscribe to this blog.

Join 1,225 other subscribers
Seedbacklink

Travel

  • Alun-Alun Jombang: Ruang Publik Ikonik di Jantung Kota SantriMay 4, 2025
  • Nol Kilometer Tuban: Titik Awal Menjelajah Bumi WaliApril 27, 2025
  • Leisure Trip ke Morwell: Dari Taman Bunga hingga Sushi Favorit TravelerMarch 24, 2025
  • Jalan Braga: Simbol Kejayaan Bandung di Masa KolonialJanuary 5, 2025
  • Staycation di Grand Rohan JogjaDecember 25, 2024

Culinary

  • Bakso Urat Lor Patung Kuda Manahan Solo Sejak 1983October 5, 2025
  • Kedai Kopi Rukun, Pelopor Kopitiam di KlatenSeptember 28, 2025
  • Semesta Resto BorobudurSeptember 27, 2025
  • Racikan Kopi Ponti Lempuyangan YogyakartaAugust 21, 2025
  • Sakopi Magelang: Tempat Nongkrong Asik di Kota Sejuta BungaAugust 19, 2025

Technology

  • iOS Conference Singapore 2020November 28, 2021
  • Sinergi Coworking Space JogjaAugust 22, 2020
  • WordCamp Jakarta 2019February 12, 2020
  • Kubik Coworking & Art Space PadangApril 13, 2019
  • Redesign Aplikasi IndiHomeNovember 6, 2018
©2025 Arif Setiawan | WordPress Theme by SuperbThemes
 

Loading Comments...