Skip to content
Arif Setiawan
Arif Setiawan

travel, culinary and technology

  • Home
  • About
  • Travel
    • Indonesia
      • Bali
      • Banten
      • Jakarta
      • Jawa Barat
      • Jawa Tengah
      • Jawa Timur
      • Kalimantan Selatan
      • Lampung
      • Sumatera Barat
      • Sumatera Utara
      • Yogyakarta
    • Laos
    • Malaysia
    • Singapore
    • Vietnam
  • Culinary
  • Technology
    • Startup
    • Software Development
    • Social Media
  • #kulinersince
  • Nol Kilometer
Arif Setiawan

travel, culinary and technology

Masjid Raya Medan Sejak 1909

Arif Setiawan, August 5, 2019September 13, 2020

Jika sudah berkunjung ke Istana Maimun rasanya tak lengkap jika tidak berkunjung ke Masjid Raya Medan yang juga dikenal sebagai Masjid Deli atau Masjid Al-Mashun (artinya dipelihara) sekaligus, atau sebaliknya. Selain jaraknya yang sangat dekat bisa ditempuh dengan berjalan kaki, keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. 

Selain sama-sama dibangun oleh Sultan Makmun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah, kedua bangunan tersebut juga dirancang oleh arsitek yang sama dari Belanda, yaitu Theodore Van Erp. Bedanya adalah ada pada masa pembangunannya. Istana Maimun selesai dibangun pada tahun 1891, sedangkan Masjid Raya Medan baru mulai dibangun pada 21 Agustus 1906 dan selesai pada 10 September 1909. Van Erp pun tidak mengikuti proses lanjutan yang dikerjakan oleh JA Tingdeman, karena saat itu dipanggil ke pulau Jawa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses restorasi Candi Borobudur di Jawa Tengah. 

Dari fakta itu, masjid ini menjadi salah satu bangunan tertua di Medan, dengan penggunaan pertama kali yang ditandai dengan pelaksanaan sholat jumat pertama di masjid ini pada 10 September 1909.

Masjid Raya Medan

Sebagai salah satu bangunan tertua masjid yang berwarna putih, hijau tosca, dan hitam ini sudah pasti menyimpan nilai sejarah dan berbagai keunikan. Beberapa keunikan itu antara lain.

Arsitektur yang Unik

Masjid yang Bergaya Arsitektur Asia dan Eropa

Oleh JA Tingdeman, arsitek penerus Van Erp merancang masjid ini dengan denah simetris segi delapan dalam corak bangunan campuran Maroko, Eropa, Melayu dan Timur Tengah. Denah segi delapan ini menghasilkan ruang bagian dalam yang unik. 

Empat penjuru masjid masing-masing diberi beranda dengan atap tinggi berkubah warna hitam, melengkapi kubah utama di atap bangunan utama masjid. Masing-masing beranda dilengkapi dengan pintu utama dan tangga hubung antara pelataran dengan lantai utama masjid yang ditinggikan, kecuali bangunan beranda di sisi mihrab.

Bangunan masjidnya sendiri terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu ruang utama, tempat wudhu, gerbang masuk dan menara. Ruang utama, tempat sholat, berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Pada sisi berhadapan lebih kecil, terdapat ‘beranda’ serambi kecil yang menempel dan menjorok keluar.

Jendela-jendela yang mengelilingi pintu beranda terbuat dari kayu dengan kaca-kaca patri yang sangat berharga, sisa peninggalan Art Nouveau periode 1890-1914, yang dipadu dengan kesenian Islam.

Desain ini bisa mengingatkan kita pada desain bangunan kerajaan-kerajaan Islam di Spanyol pada Abad Pertengahan. Sedangkan kubah masjid mengikuti model Turki, dengan bentuk yang patah-patah bersegi delapan. Sedangkan menara masjid berhias paduan antara Mesir, Iran dan Arab.

Alquran Berusia Tua

Di masjid ini juga terdapat Alquran berusia tua yang dipajang di pintu masuk jamaah laki-laki. Alquran ini terbuat dari kertas kulit yang sangat tua dan dibuat di Timur Tengah dan merupakan tulisan tangan. Meski sudah berusia ratusan tahun namun masih utuh dan dapat dibaca dengan jelas.

Tradisi di Bulan Ramadan

Saat Ramadan, Masjid Al Mashun menyajikan Bubur Sop Anyang sebagai hidangan untuk buka puasa. Bubur Anyang merupakan makanan ciri khas etnis Melayu. Bubur khas Kesultanan Deli ini setiap tahunnya menjadi menu warga Medan untuk berbuka puasa.


Selain beberapa hal unik itu, masjid ini juga belum pernah direnovasi dari sejak dibangun pada jaman dahulu hingga sekarang. Masjid tetap utuh seperti bentuk aslinya meskipun telah dibangun sudah lebih dari satu abad lamanya. Masih berdiri dengan kokoh hingga sekarang bahkan sudah menjadi pusat kegiatan umat Islam di Kota Medan dan sekitarnya. Luar biasa ya.

Sayangnya waktu itu saya sedang terburu waktu, jadi tidak sempat untuk masuk dan mencoba melakukan ibadah di masjid ini. Tapi, bagi kalian yang sempat ke sini, sangat disarankan sekali untuk sekadar mampir dan atau mencoba beribadah di sini (bagi yang muslim tentunya).


Lokasi

Jl. Sisingamangaraja No.61, Mesjid, Kec. Medan Kota, Kota Medan, Sumatera Utara 20156


→ 320 readers

Related

Indonesia Travel Masjid Raya MedanMedanSumatera Utara

Post navigation

Previous post
Next post

Comments (3)

  1. pay says:
    August 7, 2019 at 12:59 pm

    Ah selalu seru baca-nya, wkkkk

    Reply
    1. Arif Setiawan says:
      August 7, 2019 at 1:49 pm

      terima kasih sudah membaca kk, haha

      Reply
  2. Desain Bangunan says:
    November 27, 2019 at 11:22 am

    Saya juga pernah kesana, enak dan indah sekali tempatnya..

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Popular Posts

  • Tumpeng Menoreh, Wisata Baru Andalan Akamsi Gelangprojo
  • Toko Roti Mandarijn Orion Sejak 1932
  • Pempek Ny. Kamto Sejak 1984
  • Susu Segar Shi Jack Solo Sejak 1986
  • Depot Nikmat Jombang Sejak 1987
  • Rawon Nguling Malang Sejak 1942
  • Soto Kecik Sokaraja Sejak 1970
  • Sate Sapi Pak Kempleng Ungaran Sejak 1960
  • Gudeg Bu Tjitro Sejak 1925
  • Kampung Ulam Ngrajek Magelang

Recent Posts

  • Depot Nikmat Jombang Sejak 1987
  • Alun-Alun Jombang: Ruang Publik Ikonik di Jantung Kota Santri
  • Nol Kilometer Tuban: Titik Awal Menjelajah Bumi Wali
  • Mengenal Jenis-Jenis Server: Mana yang Cocok untuk Website Anda?
  • Cloud VPS vs Managed VPS: Mana yang Lebih Cocok untuk Bisnis Anda?

Categories

Archives

Subscribe

Enter your email address to subscribe to this blog.

Join 1,224 other subscribers
Seedbacklink

Travel

  • Alun-Alun Jombang: Ruang Publik Ikonik di Jantung Kota SantriMay 4, 2025
  • Nol Kilometer Tuban: Titik Awal Menjelajah Bumi WaliApril 27, 2025
  • Leisure Trip ke Morwell: Dari Taman Bunga hingga Sushi Favorit TravelerMarch 24, 2025
  • Jalan Braga: Simbol Kejayaan Bandung di Masa KolonialJanuary 5, 2025
  • Staycation di Grand Rohan JogjaDecember 25, 2024

Culinary

  • Depot Nikmat Jombang Sejak 1987May 10, 2025
  • Sop Buntut dan Soto Pak Sugeng YogyakartaApril 3, 2025
  • Warung Kopi Purnama Bandung: Legenda yang Bertahan Sejak 1930January 4, 2025
  • Lacamera Coffee Bandung: Tempat Nongkrong Asyik dengan Kopi BerkualitasJanuary 1, 2025
  • Mih Kocok Bandung Mang Dadeng Sejak 1953December 28, 2024

Technology

  • iOS Conference Singapore 2020November 28, 2021
  • Sinergi Coworking Space JogjaAugust 22, 2020
  • WordCamp Jakarta 2019February 12, 2020
  • Kubik Coworking & Art Space PadangApril 13, 2019
  • Redesign Aplikasi IndiHomeNovember 6, 2018
©2025 Arif Setiawan | WordPress Theme by SuperbThemes
 

Loading Comments...