Masjid Raya Medan Sejak 1909 Arif Setiawan, August 5, 2019September 13, 2020 Jika sudah berkunjung ke Istana Maimun rasanya tak lengkap jika tidak berkunjung ke Masjid Raya Medan yang juga dikenal sebagai Masjid Deli atau Masjid Al-Mashun (artinya dipelihara) sekaligus, atau sebaliknya. Selain jaraknya yang sangat dekat bisa ditempuh dengan berjalan kaki, keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Selain sama-sama dibangun oleh Sultan Makmun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah, kedua bangunan tersebut juga dirancang oleh arsitek yang sama dari Belanda, yaitu Theodore Van Erp. Bedanya adalah ada pada masa pembangunannya. Istana Maimun selesai dibangun pada tahun 1891, sedangkan Masjid Raya Medan baru mulai dibangun pada 21 Agustus 1906 dan selesai pada 10 September 1909. Van Erp pun tidak mengikuti proses lanjutan yang dikerjakan oleh JA Tingdeman, karena saat itu dipanggil ke pulau Jawa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses restorasi Candi Borobudur di Jawa Tengah. Dari fakta itu, masjid ini menjadi salah satu bangunan tertua di Medan, dengan penggunaan pertama kali yang ditandai dengan pelaksanaan sholat jumat pertama di masjid ini pada 10 September 1909. Masjid Raya Medan Sebagai salah satu bangunan tertua masjid yang berwarna putih, hijau tosca, dan hitam ini sudah pasti menyimpan nilai sejarah dan berbagai keunikan. Beberapa keunikan itu antara lain. Arsitektur yang Unik Masjid yang Bergaya Arsitektur Asia dan Eropa Oleh JA Tingdeman, arsitek penerus Van Erp merancang masjid ini dengan denah simetris segi delapan dalam corak bangunan campuran Maroko, Eropa, Melayu dan Timur Tengah. Denah segi delapan ini menghasilkan ruang bagian dalam yang unik. Empat penjuru masjid masing-masing diberi beranda dengan atap tinggi berkubah warna hitam, melengkapi kubah utama di atap bangunan utama masjid. Masing-masing beranda dilengkapi dengan pintu utama dan tangga hubung antara pelataran dengan lantai utama masjid yang ditinggikan, kecuali bangunan beranda di sisi mihrab. Bangunan masjidnya sendiri terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu ruang utama, tempat wudhu, gerbang masuk dan menara. Ruang utama, tempat sholat, berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Pada sisi berhadapan lebih kecil, terdapat ‘beranda’ serambi kecil yang menempel dan menjorok keluar. Jendela-jendela yang mengelilingi pintu beranda terbuat dari kayu dengan kaca-kaca patri yang sangat berharga, sisa peninggalan Art Nouveau periode 1890-1914, yang dipadu dengan kesenian Islam. Desain ini bisa mengingatkan kita pada desain bangunan kerajaan-kerajaan Islam di Spanyol pada Abad Pertengahan. Sedangkan kubah masjid mengikuti model Turki, dengan bentuk yang patah-patah bersegi delapan. Sedangkan menara masjid berhias paduan antara Mesir, Iran dan Arab. Alquran Berusia Tua Di masjid ini juga terdapat Alquran berusia tua yang dipajang di pintu masuk jamaah laki-laki. Alquran ini terbuat dari kertas kulit yang sangat tua dan dibuat di Timur Tengah dan merupakan tulisan tangan. Meski sudah berusia ratusan tahun namun masih utuh dan dapat dibaca dengan jelas. Tradisi di Bulan Ramadan Saat Ramadan, Masjid Al Mashun menyajikan Bubur Sop Anyang sebagai hidangan untuk buka puasa. Bubur Anyang merupakan makanan ciri khas etnis Melayu. Bubur khas Kesultanan Deli ini setiap tahunnya menjadi menu warga Medan untuk berbuka puasa. Selain beberapa hal unik itu, masjid ini juga belum pernah direnovasi dari sejak dibangun pada jaman dahulu hingga sekarang. Masjid tetap utuh seperti bentuk aslinya meskipun telah dibangun sudah lebih dari satu abad lamanya. Masih berdiri dengan kokoh hingga sekarang bahkan sudah menjadi pusat kegiatan umat Islam di Kota Medan dan sekitarnya. Luar biasa ya. Sayangnya waktu itu saya sedang terburu waktu, jadi tidak sempat untuk masuk dan mencoba melakukan ibadah di masjid ini. Tapi, bagi kalian yang sempat ke sini, sangat disarankan sekali untuk sekadar mampir dan atau mencoba beribadah di sini (bagi yang muslim tentunya). Lokasi Jl. Sisingamangaraja No.61, Mesjid, Kec. Medan Kota, Kota Medan, Sumatera Utara 20156 → 287 readers Related Indonesia Travel Masjid Raya MedanMedanSumatera Utara