Skip to content
Arif Setiawan
Arif Setiawan

travel, culinary and technology

  • Home
  • About
  • Travel
    • Indonesia
      • Bali
      • Banten
      • Jakarta
      • Jawa Barat
      • Jawa Tengah
      • Jawa Timur
      • Kalimantan Selatan
      • Lampung
      • Sumatera Barat
      • Sumatera Utara
      • Yogyakarta
    • Laos
    • Malaysia
    • Singapore
    • Vietnam
  • Culinary
  • Technology
    • Startup
    • Software Development
    • Social Media
  • #kulinersince
  • Nol Kilometer
Arif Setiawan

travel, culinary and technology

Taman Ujung Sukasada Karangasem Bali

Arif Setiawan, March 6, 2020July 22, 2024

Tempat wisata kedua yang saya kunjungi setelah Tirta Gangga adalah Taman Ujung Sukasada. Berjarak sekitar 10 km dari Tirta Gangga melewati Kota Amlapura yang merupakan ibukota Kabupaten Karangasem. Tempat ini memiliki sejarah yang berkaitan karena sama-sama berkaitan dengan kerajaan Karangasem.

Tirta Gangga → Taman Ujung Sukasada
Tirta Gangga → Taman Ujung Sukasada

Sebenarnya taman ini sudah ada sejak tahun 1901 yang dikenal dengan nama kolam Dirah, yang artinya kolam tempat pembuangan bagi orang yang menguasai ilmu hitam. 

Kemudian pada tahun 1909, atas prakarsa raja Karangasem pada masa itu I Gusti Bagus Jelantik yang bergelar Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem, dimulailah pembangunan kolam Dirah menjadi tempat peristirahatan Raja Karangasem.

Arsiteknya adalah seorang Belanda bernama van Den Hentz dan seorang Cina bernama Loto Ang. Pembangunan ini juga melibatkan seorang undagi (arsitek adat Bali). Selain untuk tempat peristirahatan raja, dibangun juga tempat untuk raja Karangasem bersemedi dan tempat untuk menjamu tamu kerajaan Karangasem dan baru selesai pada tahun 1921. 

Lama juga ya?

Taman Ujung Sukasada
Taman Ujung Sukasada

Pada tahun 1937, Taman Ujung Sukasada Karangasem diresmikan dengan sebuah prasasti marmer yang ditulisi naskah dalam aksara Latin dan Bali dan dua bahasa, Melayu dan Bali. 

Meskipun status taman yang pada masa Hindia Belanda dikenal dengan nama Waterpaleis atau istana air ini adalah milik pribadi keluarga Puri Karangasem. Namun, pengunjung umum diperbolehkan mengunjunginya dan menjadi tempat wisata hingga sekarang. 


Setelah sampai di lokasi, membeli tiket seharga Rp 15.000 dan masuk ke area taman, saya langsung terkesima akan kebersihan dan keindahannya. Aura kerajaan Karangasem yang merupakan kerajaan Bali kuno juga sangat terasa di sini.

Yang sangat khas dari taman ini adalah beberapa bangunan yang berada di tengah kolam. 

Kolam di bagian utara adalah kolam utama yang berukuran besar. Di tengahnya terdapat jembatan penghubung dan bangunan yang dulunya digunakan sebagai tempat peristirahatan raja Karangasem. Karena bagunan peristirahatan raja ini terlihat menggantung, maka masyarakat setempat menyebutnya dengan nama istana gantung.

Bale Bengong
Bale Bengong

Kolam di bagian selatan berukuran lebih kecil. Di tengahnya terdapat bangunan yang bernama Bale Bengong. Bangunan yang tidak menggunakan dinding dan biasanya digunakan untuk pertunjukan.

Jalan menuju anak tangga
Jalan menuju anak tangga

Selain bagian kolam, salah satu yang menarik dan jika tidak keberatan menaiki anak tangga, kurang lebih 100 anak tangga, di atasnya terdapat bangunan pilar tanpa atap. Dari atas bangunan pilar tanpa atap inilah, kita bisa melihat keistimewaan pemandangan sekitar kawasan Taman Ujung Sukasada.

Lautan, Pantai Ujung dan Selat Lombok
Lautan, Pantai Ujung dan Selat Lombok

Di arah tenggara, kita bisa melihat lautan dan pantai Ujung yang merupakan sisi dari Selat Lombok.

Taman Ujung Sukasada yang dikelilingi bukit
Taman Ujung Sukasada yang dikelilingi bukit

Di bagian timur dengan melihat ke bawah, pesona dan keunikan dari arsitektur taman akan terlihat. Ditambah di bagian timur atas akan terlihat juga bukit hijau yang bernama bukit Bisbis.


Arsitektur bangunan di sini memiliki keunikan tersendiri, karena merupakan gabungan dari arsitektur Eropa jaman pertengahan dan arsitektur Bali. Ciri khas dari arsitektur Eropa dapat dilihat dari terdapatnya kaca warna-warni yang terdapat di dinding bangunan, mirip seperti desain dari gereja yang ada di Eropa.

Bentuk bangunannya pun sempat berubah tidak seperti aslinya. Hal ini dikarenakan terjadi berbagai peristiwa sejarah yang membuat arsitektur dari Taman Ujung Sukasada mengalami kerusakan. Seperti pada peristiwa penjajahan Jepang di Bali dan meletusnya Gunung Agung pada tahun 1963. 

Namun, pada tahun 2000, Puri Karangsem dan pemerintah Kabupaten Karangasem melakukan perbaikan tanpa merubah bentuk asli. Hasilnya pun bisa kita nikmati hingga sekarang.


Menarik sekali. Meskipun harus menyiapkan tenaga untuk berjalan kaki berkeliling area taman, tetapi saya sangat menyarankan kalian untuk berkunjung ke sini jika berminat dengan budaya dan sejarah Bali kuno. Masih jarang wisatawan domestik ke sini, justru malah kebanyakan wisatawan mancanegara.

Di sini pun sering digunakan untuk pre-wedding, jadi mungkin bisa menjadi salah satu pilihan buat kalian juga yang ingin pre-wedding di Bali dan lokasinya tidak terlalu mainstream.


Harga Tiket

Tiket masuk ke Taman Ujung Sukasada adalah Rp 15.000 per orang.

Lokasi 

Banjar Ujung, Desa Tumbu, Kec. Karangasem, Kabupaten Karangasem, Bali 80851.

Jam Buka

Taman Ujung Sukasada buka setiap hari dari pukul 06.00 – 19.00 WITA.


→ 183 readers

Related

Indonesia Travel BaliKarangasemTamanTaman UjungTaman Ujung Sukasada

Post navigation

Previous post
Next post

Comment

  1. Pingback: Virgin Beach Karangasem Bali — Arif Setiawan

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Popular Posts

  • Rawon Nguling Malang Sejak 1942
  • Soto Kopi Ngrajek Magelang, Wisata Kuliner Murah di Tengah Kolam Ikan
  • Ayam Goreng Bu Hartin Sejak 1978
  • Warung Makan Bu Darmo Muntilan Sejak 1920
  • Redesign Aplikasi IndiHome
  • Pondok Rahayu Muntilan Sejak 1989
  • Dapoer Gending Muntilan: Cita Rasa Autentik di Kota Muntilan
  • Kok Tong Kopi Sejak 1925
  • Getuk Goreng Haji Tohirin Sejak 1918
  • Nasi Liwet Bu Parmi Solo Sejak 1989

Recent Posts

  • Dapoer Gending Muntilan: Cita Rasa Autentik di Kota Muntilan
  • Depot Nikmat Jombang Sejak 1987
  • Alun-Alun Jombang: Ruang Publik Ikonik di Jantung Kota Santri
  • Nol Kilometer Tuban: Titik Awal Menjelajah Bumi Wali
  • Mengenal Jenis-Jenis Server: Mana yang Cocok untuk Website Anda?

Categories

Archives

Subscribe

Enter your email address to subscribe to this blog.

Join 1,224 other subscribers
Seedbacklink

Travel

  • Alun-Alun Jombang: Ruang Publik Ikonik di Jantung Kota SantriMay 4, 2025
  • Nol Kilometer Tuban: Titik Awal Menjelajah Bumi WaliApril 27, 2025
  • Leisure Trip ke Morwell: Dari Taman Bunga hingga Sushi Favorit TravelerMarch 24, 2025
  • Jalan Braga: Simbol Kejayaan Bandung di Masa KolonialJanuary 5, 2025
  • Staycation di Grand Rohan JogjaDecember 25, 2024

Culinary

  • Dapoer Gending Muntilan: Cita Rasa Autentik di Kota MuntilanMay 13, 2025
  • Depot Nikmat Jombang Sejak 1987May 10, 2025
  • Sop Buntut dan Soto Pak Sugeng YogyakartaApril 3, 2025
  • Warung Kopi Purnama Bandung: Legenda yang Bertahan Sejak 1930January 4, 2025
  • Lacamera Coffee Bandung: Tempat Nongkrong Asyik dengan Kopi BerkualitasJanuary 1, 2025

Technology

  • iOS Conference Singapore 2020November 28, 2021
  • Sinergi Coworking Space JogjaAugust 22, 2020
  • WordCamp Jakarta 2019February 12, 2020
  • Kubik Coworking & Art Space PadangApril 13, 2019
  • Redesign Aplikasi IndiHomeNovember 6, 2018
©2025 Arif Setiawan | WordPress Theme by SuperbThemes
Arif Setiawan
Arif Setiawan

travel, culinary and technology

  • Home
  • About
  • Travel
    • Indonesia
      • Bali
      • Banten
      • Jakarta
      • Jawa Barat
      • Jawa Tengah
      • Jawa Timur
      • Kalimantan Selatan
      • Lampung
      • Sumatera Barat
      • Sumatera Utara
      • Yogyakarta
    • Laos
    • Malaysia
    • Singapore
    • Vietnam
  • Culinary
  • Technology
    • Startup
    • Software Development
    • Social Media
  • #kulinersince
  • Nol Kilometer
 

Loading Comments...