Skip to content
Arif Setiawan
Arif Setiawan

travel, culinary and technology

  • Home
  • About
  • Travel
    • Indonesia
      • Bali
      • Banten
      • Jakarta
      • Jawa Barat
      • Jawa Tengah
      • Jawa Timur
      • Kalimantan Selatan
      • Lampung
      • Sumatera Barat
      • Sumatera Utara
      • Yogyakarta
    • Laos
    • Malaysia
    • Singapore
    • Vietnam
  • Culinary
  • Technology
    • Startup
    • Software Development
    • Social Media
  • #kulinersince
  • Nol Kilometer
Arif Setiawan

travel, culinary and technology

Menuju Laos via Kuala Lumpur

Arif Setiawan, June 3, 2017May 4, 2020

Menuju Laos mungkin adalah salah satu trip yang paling drama ya, dari beberapa trip yang udah drama juga.

Dibilang paling drama adalah karena teman drama king kami harus mengalami yang namanya deportasi! hahaha

Indonesia

Saya, Mira, Riwe dan Whe pada suatu saat merencanakan untuk piknik selama 7 hari ke Laos – Vietnam, piknik yang sekaligus farewell Riwe yang akan menikah dan ikut suaminya ke Belanda.

Mulai dari bikin group whatsapp, booking tiket pesawat, penginapan dan menyusun itinerary. Hingga suatu saat dekat dengan hari keberangkatan Mira melakukan web checkin di situs Air Asia, yang menunjukkan warning bahwa Whe tidak bisa checkin di website dan harus melapor ke checkin counter. Penyebabnya adalah masa berlaku paspor yang akan habis kurang dari 6 bulan dari tanggal perjalanan. Mungkin ini adalah hal yang tidak terlalu diperhatikan, tapi ternyata efeknya cukup panjang dan bikin drama, hahaha.

Kami pun berusaha untuk menyusun skenario bagaimana agar si Whe bisa melewati semua pemeriksaan imigrasi, mulai dari Bandara Soekarno-Hatta Jakarta, KLIA Kuala Lumpur, hingga ke Laos nanti. Berbagai alasan dan tujuan kepergian sudah disiapkan. Kami sebagai teman satu perjalanan cuma bisa membantu doa dan memasang muka poker face.

Imigrasi Indonesia sukses!

Tahap pertama melewati pemeriksaan di Bandara Soekarno-Hatta sukses, cuma dapet peringatan kalau paspornya udah mau habis. Oke, kita lanjut ke Kuala Lumpur, yay!

Malaysia

Kami tiba di Kuala Lumpur International Airport sudah petang. Hal pertama yang kami lakukan adalah mencari makan malam, karena kondisi aman melewati pemeriksaan imigrasi. Trip yang bikin deg-deg ser banget emang, haha.

Welcome to Malaysia!
Menyusuri KLIA2
Perlepasan Antarabangsa - KLIA
Perlepasan Antarabangsa – KLIA2

Setelah kami menemukan food court di KLIA, kami langsung mencari kios yang menunya lumayan cocok dan mengeluarkan uang Ringgit Malaysia yang sudah disiapkan.

Nasi Lemak
Sedikit Selebrasi di KLIA2

Biar aman kami memesan Nasi Lemak dan kopi untuk mengganjal perut. Hal berikutnya yang harus kami lakukan adalah mencari tempat untuk nggembel tidur di bandara ini, karena penerbangan kami ke Laos baru di pagi harinya.

Tidur di sekitar counter checkin

Saya dan Whe memutuskan untuk tidur di kursi tunggu dekat counter checkin, sedangkan Mira dan Riwe entah tidur dimana, pokoknya kami janjian untuk ketemu lagi di pagi hari.

***

Pagi harinya setelah bergantian mandi di toilet bandara kami berkumpul dan nggembel lagi di depan Gate keberangkatan ke Laos. Sebelum itu harus melewati pengecekan imigrasi, yang kali ini Whe ditanya-tanya petugas Air Asia cukup lama. Walaupun akhirnya mendapatkan cap dari petugas imigrasi, kami sudah cukup khawatir dan berfirasat buruk. Tapi yaudah lah ya, lha akhirnya negara seperti Malaysia masih bisa lolos.

Bersiap menuju Laos

Laos

Perjalanan dari Kuala Lumpur ke Vientiane menempuh waktu sekitar 3 jam. Kami mendarat di Wattay International Airport (VTE).

Wattay International Airport (VTE)

Kesan pertama dari Laos adalah kenapa kayak gersang banget ya negara ini? haha

Dengan kondisi masih bersemangat setelah mendarat di Vientiane kami langsung menuju ruang tunggu, namun seketika suasana berubah karena kondisi bandara yang auranya komunis banget. Petugasnya menggunakan seragam mirip militer khas komunis seperti di film-film yang warnanya coklat kehijauan lengkap dengan badge di bahu mereka.

Kami langsung mengambil posisi masing-masing untuk melewati pemeriksaan dari petugas imigrasi. Saya, Mira dan Riwe aman dan bisa langsung meneruskan ke ruang tunggu, sedangkan Whe dicegah petugas dan cukup lama hingga dibawa ke ruang pemeriksaan. Kami bertiga pun menunggu dengan was-was, karena sama sekali tidak bisa berkomunikasi dengan Whe.

Tak lama kemudian ada petugas Air Asia yang mendekati kami dengan menyampaikan kabar bahwa teman kami tidak dapat masuk Laos karena paspor yang akan habis dan sudah kembali ke Kuala Lumpur. Kami bertiga pun sangat kaget dan setengah tidak percaya hingga bertanya berkali-kali ke petugas Air Asia tersebut. Ternyata teman kami beneran kena deportasi tanpa bisa menyampaikan sepatah kata pun kepada kami.

Di tengah kondisi shock itu kami bertiga pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Hal pertama yang harus dilakukan adalah membeli sim card dan mengambil uang Lao Kip. Agar mendapatkan akses internet.

***

Selang beberapa waktu, kami akhirnya bisa menghubungi Whe yang sudah ada di Kuala Lumpur dan baru tau juga bahwa Air Asia akhirnya kena denda karena mengijinkan penumpang dengan paspor yang hampir expired untuk ikut terbang.

Gagal acting sedih gara-gara ada temen dideportasi

Oke, karena nasi sudah menjadi bubur maka kami pun harus menerima bahwa perjalanan ini harus dilanjutkan bertiga saja dan Whe harus piknik sendiri di Malaysia hingga kami kembali dari Vietnam 5 hari lagi. Saat itu kami masih berusaha untuk bisa bertemu di Vietnam tapi ternyata sudah tidak diizinkan lagi terbang meninggalkan Kuala Lumpur dengan kondisi paspor seperti itu.

HAHAHA, begitulah drama di awal perjalanan ke Laos ini.

Hikmahnya adalah Whe bisa mendapatkan koneksi internet yang lebih bagus dan bisa keep contact dengan yang ada di Indonesia karena saat itu pas banget bersamaan dengan masa mau seed funding untuk startup kami (Limakilo) dan tentunya sekarang jadi lebih aware dengan masa berlaku paspor jika akan bepergian.

Cerita lebih lengkap juga ada di blognya Mira.


→ 354 readers

Related

Laos Malaysia Travel Air AsiaKuala LumpurLaosMalaysiaNasi LemakPasporVientiane

Post navigation

Previous post
Next post

Comments (7)

  1. mira says:
    June 5, 2017 at 3:13 am

    sibuk ya masnya.. 1 tahun kemudian banget baru terbit tulisannya

    Reply
    1. Arif Setiawan says:
      June 5, 2017 at 10:14 am

      iya sedih ya, tiba2 udah setahun yang lalu aja tripnya

      Reply
  2. Pingback: Transit di Kota Vientiane — Arif Setiawan
  3. NIKEN GANTENG says:
    June 11, 2017 at 5:56 am

    jadi pengen tau gmn dramatisnya dari sisi korban deportasi heeheh

    Reply
    1. Arif Setiawan says:
      June 11, 2017 at 6:12 am

      yang kena deportasi jarang ngeblog, haha

      Reply
  4. Fanny Fristhika Nila says:
    November 27, 2017 at 9:13 am

    Omg, nyesek ya bok :D. Makanya aku slalu ngecek juga brp lama lg pasportku bkl expired sebelum beli tiket baru :D. Tapi kalo deportasi gitu, berarti semua biaya utk balik sampe negaranya ditanggung ama maskapai ya?

    Reply
    1. Arif Setiawan says:
      November 27, 2017 at 11:03 am

      iya selalu cek tanggal passport maksimal 6 bulan sebelum expired soalnya

      biaya balik ditanggung sama maskapai, waktu itu lihat petugas maskapainya yg dimarahin karena bolehin terbang, haha

      Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Popular Posts

  • Taco Casa Ubud
  • Warung Makan Purnama Muntilan Sejak 1965
  • Pendakian Gunung Manglayang 1818 MDPL
  • Game Development Life Cycle
  • Pempek Ny. Kamto Sejak 1984
  • Sate Kambing Moro Lego Pak Kuwat Tulungagung Sejak 1992
  • Sate dan Tongseng Pak Kurdi Sejak 1978
  • Sate Subali Batang Sejak 1971
  • Getuk Goreng Haji Tohirin Sejak 1918
  • Ayam Goreng Tojoyo 3 Sejak 1983

Recent Posts

  • Bajak Laut Muntilan Fresh Seafood
  • Geblek Pari Nanggulan: Menikmati Masakan Rumahan di Tengah Persawahan
  • Rumah Makan Padang Djawa Magelang
  • Dapoer Gending Muntilan: Cita Rasa Autentik di Kota Muntilan
  • Depot Nikmat Jombang Sejak 1987

Categories

Archives

Subscribe

Enter your email address to subscribe to this blog.

Join 1,225 other subscribers
Seedbacklink

Travel

  • Alun-Alun Jombang: Ruang Publik Ikonik di Jantung Kota SantriMay 4, 2025
  • Nol Kilometer Tuban: Titik Awal Menjelajah Bumi WaliApril 27, 2025
  • Leisure Trip ke Morwell: Dari Taman Bunga hingga Sushi Favorit TravelerMarch 24, 2025
  • Jalan Braga: Simbol Kejayaan Bandung di Masa KolonialJanuary 5, 2025
  • Staycation di Grand Rohan JogjaDecember 25, 2024

Culinary

  • Bajak Laut Muntilan Fresh SeafoodAugust 17, 2025
  • Geblek Pari Nanggulan: Menikmati Masakan Rumahan di Tengah PersawahanJuly 12, 2025
  • Rumah Makan Padang Djawa MagelangJune 14, 2025
  • Dapoer Gending Muntilan: Cita Rasa Autentik di Kota MuntilanMay 13, 2025
  • Depot Nikmat Jombang Sejak 1987May 10, 2025

Technology

  • iOS Conference Singapore 2020November 28, 2021
  • Sinergi Coworking Space JogjaAugust 22, 2020
  • WordCamp Jakarta 2019February 12, 2020
  • Kubik Coworking & Art Space PadangApril 13, 2019
  • Redesign Aplikasi IndiHomeNovember 6, 2018
©2025 Arif Setiawan | WordPress Theme by SuperbThemes
 

Loading Comments...