Skip to content
Arif Setiawan
Arif Setiawan

travel, culinary and technology

  • Home
  • About
  • Travel
    • Indonesia
      • Bali
      • Banten
      • Jakarta
      • Jawa Barat
      • Jawa Tengah
      • Jawa Timur
      • Kalimantan Selatan
      • Lampung
      • Sumatera Barat
      • Sumatera Utara
      • Yogyakarta
    • Laos
    • Malaysia
    • Singapore
    • Vietnam
  • Culinary
  • Technology
    • Startup
    • Software Development
    • Social Media
  • #kulinersince
  • Nol Kilometer
Arif Setiawan

travel, culinary and technology

Penjelasan Kerja di Startup

Arif Setiawan, June 5, 2015February 10, 2016

Kemarin ada satu artikel menarik di LinkedIn, tentang bagaimana alibi seorang pekerja startup yang digunakan untuk menjelaskan tentang pekerjaan mereka kepada orang-orang di sekitarnya, yang mana sebagian besar pemahamannya masih familiar dengan pekerjaan di korporasi.

Bagian ini memang hal menarik tersendiri. Saya sebagai salah satu penggiat startup juga merasakan hal yang sama, bagaimana secara mudah agar bisa menjelaskan tentang pekerjaan kita kepada orang-orang di sekitar kita, terutama keluarga. Apalagi di Indonesia. Dulu pas lulus kuliah langsung ditanyain mau daftar PNS atau BUMN mana? *lalu hening*

Tapi dari artikel itu saya juga jadi tau bahwa fenomena ini ga cuma dirasakan di Indonesia saja, negara-negara lain juga demikian ternyata.

Saya akui memang masih susah sekarang ini untuk mewajarkan cara bekerja yang sedikit berbeda dari sebagian besar orang. Kerja hanya bermodalkan internet, tanpa busana yang “rapi”, tanpa jam kerja yang ketat, atau terlihat berangkat ngantor.

Tapi satu yang pasti teman, hal-hal tadi bakal sangat mudah jika kalian membahasnya bersama para pekerja startup juga, haha. Yaiyalah.

Kerja di startup (sepertinya) memang harus butuh mental survival yang lumayan, orang-orang yang mau take risk, dan harus selalu kreatif produktif. Karena selalu dekat dengan ketidakpastian. Ndak seperti teman-teman yang hidupnya sudah ditanggung oleh korporasi, atau negara.

Kalau kata orang Jawa mah, ora mung njagake wong liyane.

Tapi njagake investor, hahahaha.

Tapi iya lho, kalau sekarang ini menurut saya (mungkin) terutama di Indonesia, kalau mau bikin startup tanpa investor emang bakal berdarah-darah. Kecuali punya backup keluarga yang sudah sangat-sangat berkecukupan.

Dan entah kenapa saya masih bisa bertahan dan menikmati hal itu sampai sekarang. Walaupun startup tempat saya bekerja belum bisa dikatakan “sukses”. Sederhananya si masih banyak hal-hal yang membuat penasaran dan banyak banget hal-hal baru yang bisa dipelajari.

Jangan sampai menyesal dikemudian hari hanya karena tidak pernah mencoba, ya kan?

“My family never understood.  It was confusing for them.  A lot of my friends were excited, but I had others who were like, ‘Have you really thought through this?  What if it doesn’t work?’  I realized that their mentality and attitude about risk was so different from mine.  I just don’t see the world that way.  I saw it as fun, exciting, a challenge!  I never saw any downside — it was all opportunity.  If it didn’t work, I’d figure something else out.” – Erin Glenn

→ 504 readers

Related

Startup Nulis Random 2015StartupWork

Post navigation

Previous post
Next post

Comments (3)

  1. Pingback: Belum Tentu Bikin Bangga — arifsetiawan
  2. mul14 says:
    June 19, 2015 at 4:39 am

    “….bikin startup tanpa investor emang bakal berdarah-darah. Kecuali punya backup keluarga yang sudah sangat-sangat berkecukupan.”

    Saya kurang sependapat. Hanya karena menggunakan istilah “startup” dalam bahasa inggris, bukan berarti lingkupnya hanya di digital.

    Pada dasarnya startup itu kan usaha rintisan yang baru dimulai. Mau buka warung kelontong, jualan bakso, jualan baju, itu kan sebenernya juga startup.

    Yang mana usaha-usaha seperti itu bisa dapat kredit dari pemerintah ataupun bank melalui program Kredit Usaha Rakyat atau semacamnya.

    Reply
  3. Pingback: Sulitnya Menjelaskan Kalau Kita Kerja di Startup | Ziliun

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Popular Posts

  • Rumah Makan Adem Ayem Solo Sejak 1969
  • Rawon Nguling Malang Sejak 1942
  • Pondok Rahayu Muntilan Sejak 1989
  • Sate Subali Batang Sejak 1971
  • Kopi Kapuhan Ketep Magelang
  • Custom Watchface Amazfit Bip
  • Danau Beratan Bedugul Bali
  • Pempek Ny. Kamto Sejak 1984
  • Rumah Makan Bagelen Sejak 1979
  • Susu Segar Shi Jack Solo Sejak 1986

Recent Posts

  • Dapoer Gending Muntilan: Cita Rasa Autentik di Kota Muntilan
  • Depot Nikmat Jombang Sejak 1987
  • Alun-Alun Jombang: Ruang Publik Ikonik di Jantung Kota Santri
  • Nol Kilometer Tuban: Titik Awal Menjelajah Bumi Wali
  • Mengenal Jenis-Jenis Server: Mana yang Cocok untuk Website Anda?

Categories

Archives

Subscribe

Enter your email address to subscribe to this blog.

Join 1,224 other subscribers
Seedbacklink

Travel

  • Alun-Alun Jombang: Ruang Publik Ikonik di Jantung Kota SantriMay 4, 2025
  • Nol Kilometer Tuban: Titik Awal Menjelajah Bumi WaliApril 27, 2025
  • Leisure Trip ke Morwell: Dari Taman Bunga hingga Sushi Favorit TravelerMarch 24, 2025
  • Jalan Braga: Simbol Kejayaan Bandung di Masa KolonialJanuary 5, 2025
  • Staycation di Grand Rohan JogjaDecember 25, 2024

Culinary

  • Dapoer Gending Muntilan: Cita Rasa Autentik di Kota MuntilanMay 13, 2025
  • Depot Nikmat Jombang Sejak 1987May 10, 2025
  • Sop Buntut dan Soto Pak Sugeng YogyakartaApril 3, 2025
  • Warung Kopi Purnama Bandung: Legenda yang Bertahan Sejak 1930January 4, 2025
  • Lacamera Coffee Bandung: Tempat Nongkrong Asyik dengan Kopi BerkualitasJanuary 1, 2025

Technology

  • iOS Conference Singapore 2020November 28, 2021
  • Sinergi Coworking Space JogjaAugust 22, 2020
  • WordCamp Jakarta 2019February 12, 2020
  • Kubik Coworking & Art Space PadangApril 13, 2019
  • Redesign Aplikasi IndiHomeNovember 6, 2018
©2025 Arif Setiawan | WordPress Theme by SuperbThemes