Skip to content
Arif Setiawan
Arif Setiawan

travel, culinary and technology

  • Home
  • About
  • Travel
    • Indonesia
      • Bali
      • Banten
      • Jakarta
      • Jawa Barat
      • Jawa Tengah
      • Jawa Timur
      • Kalimantan Selatan
      • Lampung
      • Sumatera Barat
      • Sumatera Utara
      • Yogyakarta
    • Laos
    • Malaysia
    • Singapore
    • Vietnam
  • Culinary
  • Technology
    • Startup
    • Software Development
    • Social Media
  • #kulinersince
  • Nol Kilometer
Arif Setiawan

travel, culinary and technology

Bandung Setelah Peringatan KAA

Arif Setiawan, August 18, 2015June 29, 2017

Bandung memang bisa dibilang bukanlah yang terbaik dalam hal tata kota, bahkan menurut saya cenderung kurang teratur. Mungkin karena sedikit banyak pengaruh Kolonial Belanda kala itu yang menjadikan Bandung menjadi kota peristirahatan, hingga muncul istilah Paris van Java. Kota yang juga identik dengan bangunan-bangunan etnik Eropa.

“Nederlanders, mengapa pulang ke Eropa? Tetaplah tinggal di Hindia! Kalian yang sudah pulang, kembalilah dan bermukimlah di Bandung!” (Walikota Bandung W. Kuhr dalam Majalah Mooibandoeng).

Kutipan di atas diambil dari salah satu tulisan oleh Komunitas Aleut yang sempat “menyentil” tentang Kota Bandung.

Bandung yang sekarang adalah salah satu kota tujuan wisata, terutama warga Ibukota yang tiap akhir pekan dapat dengan sabar berlalu-lalang di sepanjang Tol Cipularang demi menghabiskan sebagian waktunya di Kota Bandung. Maka jangan heran jika Bandung di akhir pekan adalah kota yang dihiasi oleh sedikit kemacetan dan kendaraan dengan plat dari luar Kota Bandung.

Bandung Setelah Peringatan KAA

Dengan Walikota yang sebelumnya berprofesi sebagai Arsitek, maka tak heran jika untuk masalah peringatan hal besar seperti Konferensi Asia Afrika Bandung pun semakin bersolek. Meskipun sebenarnya belum terlalu banyak berubah dari sisi bentuknya, tapi Bandung yang sekarang jelas lebih baik dari sebelumnya.

Bandung yang sekarang menjadi Bandung yang tak pernah sepi wisatawan domestik maupun mancanegara, wisatawan yang biasanya selau berkunjung ke daerah Bandung Utara dan Selatan kini mulai membagi tujuannya ke jantung kota, terutama di sekitar Kawasan Jalan Asia Afrika. Mungkin demi melihat hasil karya sebuah roda pemerintahan atau pun hanya aktualisasi diri dan eksistensi di dunia sosial.

***

Kebetulan waktu itu Saya, Jessie dan Nashir (temen sepedaan) menyempatkan diri untuk bersepeda dengan tujuan akhir ke Museum KAA. Karena penasaran juga, tinggal di Bandung tapi belum pernah sekalipun mampir ke kawasan yang sedang cukup populer diperbincangkan di media sosial itu.

Begitulah.

IMG_1858
Sepedaan di Bandung, kenapa tidak?
IMG_1860
Berbagai macam Iket Sunda
IMG_1861
Persib!
IMG_1863
Ujung Jalan Braga
IMG_1866
Cikapundung Riverside
IMG_1871
Jalan di samping Museum KAA, kini tak boleh dilewati kendaraan.

IMG_1865 IMG_1876 IMG_1879

Dan masih banyak potret lain di sekitar kawasan ini dan sekitar Alun-Alun Bandung.

#RegramTime Kamu yang mana? Keliatan gak kamunya? Picture by: @yanigantini #AlunalunBandung #Holiday #NuhunKangEmil #bdg #bandung #inimahbdg #ilovebdg #visitbandung #BandungJuara #VSCO #VSCOcam #Indonesia #infobdg #infobdgcom

A photo posted by BANDUNG (@infobdgcom) on Jul 23, 2015 at 8:10pm PDT

Masih kurang?

Sok mangga ke Bandung untuk menyaksikan sendiri.

Tapi jangan heran jika suasana lumayan penuh sesak, usahakan waktu weekdays saja, heheu.

→ 634 readers

Related

Indonesia Travel Alun-Alun BandungAsia AfrikaBandungBandung JuaraBragaCikapundungKAASepeda

Post navigation

Previous post
Next post

Comments (3)

  1. Michel Irarya says:
    September 18, 2015 at 2:01 am

    Bandung sekarang emang keren pisan.

    Salam kenal 😀

    Reply
    1. Arif Setiawan says:
      September 18, 2015 at 10:10 am

      salam kenal 😀

      Reply
  2. Pingback: #NolKilometer Bandung — Arif Setiawan

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Popular Posts

  • Danau Ciharus, Ranu Kumbolonya Jawa Barat
  • Pecel Kawi Malang Asli Sejak 1975
  • Sate Winong Purworejo Sejak 1968
  • Susu Segar Shi Jack Solo Sejak 1986
  • Soto Bu Misdar Purbalingga Sejak 1982
  • Kok Tong Kopi Sejak 1925
  • Soto Triwindu Solo Sejak 1939
  • Srabi Notosuman Solo Sejak 1923
  • Pempek Ny. Kamto Sejak 1984
  • Rumah Makan Adem Ayem Solo Sejak 1969

Recent Posts

  • Geblek Pari Nanggulan: Menikmati Masakan Rumahan di Tengah Persawahan
  • Rumah Makan Padang Djawa Magelang
  • Dapoer Gending Muntilan: Cita Rasa Autentik di Kota Muntilan
  • Depot Nikmat Jombang Sejak 1987
  • Alun-Alun Jombang: Ruang Publik Ikonik di Jantung Kota Santri

Categories

Archives

Subscribe

Enter your email address to subscribe to this blog.

Join 1,225 other subscribers
Seedbacklink

Travel

  • Alun-Alun Jombang: Ruang Publik Ikonik di Jantung Kota SantriMay 4, 2025
  • Nol Kilometer Tuban: Titik Awal Menjelajah Bumi WaliApril 27, 2025
  • Leisure Trip ke Morwell: Dari Taman Bunga hingga Sushi Favorit TravelerMarch 24, 2025
  • Jalan Braga: Simbol Kejayaan Bandung di Masa KolonialJanuary 5, 2025
  • Staycation di Grand Rohan JogjaDecember 25, 2024

Culinary

  • Geblek Pari Nanggulan: Menikmati Masakan Rumahan di Tengah PersawahanJuly 12, 2025
  • Rumah Makan Padang Djawa MagelangJune 14, 2025
  • Dapoer Gending Muntilan: Cita Rasa Autentik di Kota MuntilanMay 13, 2025
  • Depot Nikmat Jombang Sejak 1987May 10, 2025
  • Sop Buntut dan Soto Pak Sugeng YogyakartaApril 3, 2025

Technology

  • iOS Conference Singapore 2020November 28, 2021
  • Sinergi Coworking Space JogjaAugust 22, 2020
  • WordCamp Jakarta 2019February 12, 2020
  • Kubik Coworking & Art Space PadangApril 13, 2019
  • Redesign Aplikasi IndiHomeNovember 6, 2018
©2025 Arif Setiawan | WordPress Theme by SuperbThemes
 

Loading Comments...