Skip to content
Arif Setiawan
Arif Setiawan

travel, culinary and technology

  • Home
  • About
  • Travel
    • Indonesia
      • Bali
      • Banten
      • Jakarta
      • Jawa Barat
      • Jawa Tengah
      • Jawa Timur
      • Kalimantan Selatan
      • Lampung
      • Sumatera Barat
      • Sumatera Utara
      • Yogyakarta
    • Laos
    • Malaysia
    • Singapore
    • Vietnam
  • Culinary
  • Technology
    • Startup
    • Software Development
    • Social Media
  • #kulinersince
  • Nol Kilometer
Arif Setiawan

travel, culinary and technology

Menuju Kota Vang Vieng

Arif Setiawan, June 10, 2017May 4, 2020

Setelah dari Vientiane kami mejuku Kota Vang Vieng. Karena statusnya sebagai sebuah ibukota negara, saya kira untuk keluar dari Kota Vientiane akan memakan waktu yang lama. Tapi ternyata tidak. Vientiane tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Jakarta yang sama-sama merupakan ibukota negara, macet pun tidak sama sekali, lebih mirip seperti Semarang, haha.

Tak lama setelah melewati meninggalkan Kota Vientiane kami langsung disuguhkan dengan pemandangan yang tak biasa.

Goodbye Vientiane!

Meskipun masih dekat dengan ibukota negara, tapi jalan-jalan protokol yang kami lewati jauh dari kata bagus. Jalan rusak dan pemandangan khas pedesaan kering yang mana rumah-rumah, pepohonan, kendaraan dan bangunan-bangunan lain yang diselimuti dengan debu tebal langsung menyapa kami. Untungnya kami berada di van yang ber-AC dan tertutup rapat, walaupun efek debu tetap bisa masuk sedikit. Gilak! hahaha.

Seriusan ini kondisi negaranya kayak gini banget?

Saya pun dalam hati langsung bergumam seperti itu. Kering sekali. Emang ga ada hujan di sini?

Pemandangan menuju Vangvieng

Mirip sekali dengan Jalan Daendels yang ada di pesisir selatan Jawa Tengah, banyak yang rusak, tidak terlalu luas ditambah dengan kuantitas debu berpuluh kali lipat, wkwk. Rumah-rumah di pinggir jalannya pun masih banyak yang menggunakan kayu dan anyaman bambu dengan model yang hampir sama yaitu panggung mirip dengan Rumah Limas. Mungkin itu bentuk bangunan umum untuk masyarakat Laos.

Dan sekali lagi saya masih bisa bertanya-tanya.

Seriusan ini kondisi jalan provinsinya seperti ini?

***

Tak lama saya bisa juga ketiduran. Dan bangun-bangun ternyata kami sudah sampai di tujuan akhir bus yang kami tumpangi, yaitu Kota Vang Vieng. Perjalanan dari Vientiane ke Vang Vieng ini ditempuh selama kurang lebih 3 jam.

Masih dengan kondisi setengah sadar kami harus turun.

Kesan pertama dengan melihat sekitar tempat ini adalah …

Lho, ini terminalnya?? hahahaha

Terminal Vangvieng

Lebih mirip tempat ngetem angkot di deket kecamatan di daerahku, wkwk.

Kami pun masih bertanya apakah benar ini tempat wisata yang kami tuju? Karena di sini berdebu, sepi dan tidak ada tanda-tanda aktivitas dari turis, hostel atau restoran. Di sekitar cuma ada anak-anak bersepeda, lapangan luas dan beberapa balon udara yang siap untuk terbang.

Welcome to Vangvieng!
Balon udara yang khas di Vangvieng
Yay, sampai di Vangvieng, wkwk

Setelah melihat peta untuk mencari hostel yang sudah kami booking, ternyata kami harus menyeberang satu blok dari terminal ini. Kami memilih berjalan kaki sambil melihat lingkungan sekitar dan setelah sampai di Chillao Youth Hostel, barulah kami yakin ini tempat yang kami tuju. Mulai terlihat ada aktivitas dari bule-bule yang abis wisata tubing dan mabok-mabok, nyanyi-nyanyi karena di hostel ini free minuman alkohol, lel.

Jalan Utama Kota Vangvieng

Kami langsung melakukan reservasi untuk wisata alam yang menjadi andalan daya tarik Vang Vieng di esok hari dan checkin di kamar guna membersihkan diri dan istirahat sejenak.

***

Malam harinya kami mencari tempat nongkrong santai di sekitar kawasan hostel dan ternyata di sini khas banget tempatnya. Desain kotak-kotak kayu lengkap dengan meja untuk menikmati Lao Coffee dan bantal untuk bersandar.

Warung Khas Vangvieng
Tempat buat chillin
Lao Coffee

Tanpa pikir panjang tentu kami manfaatkan buat mencicipi kopi khas ini. Rasanya lebih pekat dan temen saya Mira tidak terlalu suka katanya, haha.

***

Begitulah cerita hari pertama kami tiba di Kota Vang Vieng, sampai jumpa di cerita selanjutnya! 😀


→ 347 readers

Related

Laos Travel Chillao Youth HostelLao CoffeeLaosVang ViengVientiane

Post navigation

Previous post
Next post

Comments (7)

  1. Erlina says:
    July 23, 2017 at 11:17 am

    Wahhh,,, keren tuh pas naik balon udaranya.
    Bisa jadi panduan buat itin tuh… haaa
    Btw bro, itu pas loe naik balon udara di vang vieng, berapaan?

    Makasih.

    Reply
    1. Arif Setiawan says:
      July 23, 2017 at 7:58 pm

      masalahnya saya dan temen2 cuma lihat dari jauh, ga naik balon udaranya

      tapi kalau ga salah sekali naik tarifnya 80 dollar, wkwk

      Reply
      1. dinilint says:
        February 10, 2018 at 7:28 am

        Eh,, mahal jg ya naek balon udara

        Reply
        1. Arif Setiawan says:
          February 10, 2018 at 8:52 pm

          iya, lumayan mahal, haha

          Reply
  2. Fanny Fristhika Nila says:
    November 27, 2017 at 7:50 am

    Omg, aku terpana liat kotanya. Tgl 1 desember besok aku ke laos nih.. Nau lgs ke vang vieng nya juga… Mas , booking van ke vang viengnya lwt bandara ato gmn? Trs tukar uang kip nya di bandara jg?

    Tujuan ku ksana sbnrnya mau naik balon udaranya itu hihihi… Ama denger2 kan alam di vang vieng nya bgs.. Hmmm… Tapi kyknya hrs liat sendiri ya utk ngebuktiin 🙂

    Reply
    1. Arif Setiawan says:
      November 27, 2017 at 10:57 am

      lewat terminal bisnya booking tiket ke vang vieng-nya

      tukar uang kip di bandara

      Reply
  3. ADEL says:
    September 14, 2018 at 8:34 pm

    keren banget nih, artikelnya menarik untuk dibaca. terimakasih kaka:)

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Popular Posts

  • Soto Kopi Ngrajek Magelang, Wisata Kuliner Murah di Tengah Kolam Ikan
  • Ayam Goreng Bu Tini Sejak 1967
  • Mangut Lele Cindelaras Muntilan Sejak 1948
  • Nol Kilometer Temanggung
  • Alun-Alun Purworejo Sejak 1830
  • Ubudian Life
  • Sate Kerang Rahmat Medan Sejak 1957
  • Pengalaman Berpartisipasi di Kelas Inspirasi Bandung
  • Rawon Nguling Malang Sejak 1942
  • Kepiting Gemes Pak Mamo Pemalang Sejak 1989

Recent Posts

  • Depot Nikmat Jombang Sejak 1987
  • Alun-Alun Jombang: Ruang Publik Ikonik di Jantung Kota Santri
  • Nol Kilometer Tuban: Titik Awal Menjelajah Bumi Wali
  • Mengenal Jenis-Jenis Server: Mana yang Cocok untuk Website Anda?
  • Cloud VPS vs Managed VPS: Mana yang Lebih Cocok untuk Bisnis Anda?

Categories

Archives

Subscribe

Enter your email address to subscribe to this blog.

Join 1,224 other subscribers
Seedbacklink

Travel

  • Alun-Alun Jombang: Ruang Publik Ikonik di Jantung Kota SantriMay 4, 2025
  • Nol Kilometer Tuban: Titik Awal Menjelajah Bumi WaliApril 27, 2025
  • Leisure Trip ke Morwell: Dari Taman Bunga hingga Sushi Favorit TravelerMarch 24, 2025
  • Jalan Braga: Simbol Kejayaan Bandung di Masa KolonialJanuary 5, 2025
  • Staycation di Grand Rohan JogjaDecember 25, 2024

Culinary

  • Depot Nikmat Jombang Sejak 1987May 10, 2025
  • Sop Buntut dan Soto Pak Sugeng YogyakartaApril 3, 2025
  • Warung Kopi Purnama Bandung: Legenda yang Bertahan Sejak 1930January 4, 2025
  • Lacamera Coffee Bandung: Tempat Nongkrong Asyik dengan Kopi BerkualitasJanuary 1, 2025
  • Mih Kocok Bandung Mang Dadeng Sejak 1953December 28, 2024

Technology

  • iOS Conference Singapore 2020November 28, 2021
  • Sinergi Coworking Space JogjaAugust 22, 2020
  • WordCamp Jakarta 2019February 12, 2020
  • Kubik Coworking & Art Space PadangApril 13, 2019
  • Redesign Aplikasi IndiHomeNovember 6, 2018
©2025 Arif Setiawan | WordPress Theme by SuperbThemes
 

Loading Comments...