Skip to content
Arif Setiawan
Arif Setiawan

travel, culinary and technology

  • Home
  • About
  • Travel
    • Indonesia
      • Bali
      • Banten
      • Jakarta
      • Jawa Barat
      • Jawa Tengah
      • Jawa Timur
      • Kalimantan Selatan
      • Lampung
      • Sumatera Barat
      • Sumatera Utara
      • Yogyakarta
    • Laos
    • Malaysia
    • Singapore
    • Vietnam
  • Culinary
  • Technology
    • Startup
    • Software Development
    • Social Media
  • #kulinersince
  • Nol Kilometer
Arif Setiawan

travel, culinary and technology

Berkunjung ke Lawang Sewu Semarang

Arif Setiawan, August 8, 2017August 30, 2021

Setelah ke Semarang untuk ke sekian kalinya akhirnya saya sempat untuk berkunjung ke Lawang Sewu. Salah satu tempat wisata sejarah di tengah Kota Semarang. Tepatnya di dekat kawasan Tugu Muda atau sudut Jalan Pandanaran dan Jalan Pemuda.

Lawang Sewu merupakan bangunan peninggalan Belanda yang dibangun pada tahun 1904. Dulunya bangunan ini digunakan untuk kantor pusat perusahaan kereta api (trem) penjajah Belanda atau Nederlandsch Indishe Spoorweg Naatschappij (NIS). Pada masa itu jalur yang dibangun menghubungkan“Vorstenlanden” (Surakarta dan Yogyakarta).

Sudut Bangunan Lawang Sewu

Bangunan yang cukup megah ini adalah karya arsitek Belanda ternama, yaitu Prof Jacob F Klinkhamer dan BJ Queendag.

Nama Lawang Sewu berasal dari bahasa jawa gabungan antara kata “Lawang” yang berarti pintu dan “Sewu” yang berarti seribu, jadi Lawang Sewu berarti bangunan yang memiliki pintu sebanyak seribu. Sebenarnya jumlah pintunya tidak mencapai seribu (hanya sekitar 342 buah), namun karena memang jumlahnya sangat banyak maka masyarakat setempat menyebutnya pintu seribu. Termasuk jendela yang panjang dan tinggi dianggap sebagai pintu juga. Biasa, orang jawa emang jago buat melebih-lebihkan hal-hal semacam ini, haha.

Bangunan Utama Lawang Sewu

Bangunan utama Lawang Sewu berupa bangunan tiga lantai yang memiliki dua sayap membentang ke bagian kanan dan kiri. Semua struktur bangunan, pintu dan jendela mengadaptasi gaya arsitektur Belanda.

Konon bangunan ini merupakan bangunan yang angker, mungkin karena dulunya menjadi saksi pertempuran antara Angkatan Pemuda Kereta Api (AMKA) melawan penjajah Jepang yang dikenal dengan Pertempuran Lima Hari Semarang. Banyak pemuda yang dimakamkan di halaman bangunan ini, yang kemudian dipindah ke Taman Makam Pahlawan. Dan adanya bagian-bagian bangunan seperti Sumur Tua, Penjara Jongkok, Lorong-Lorong, Penjara Berdiri dan Ruang Penyiksaan.

Bagian Atas Bangunan Lawang Sewu

Sebelum dibuka untuk umum di tahun 2011 dan dijadikan tujuan wisata, bangunan ini sudah mengalami proses pemugaran. Mungkin sebelum pemugaran emang masih serem banget kali ya, ga kebayang si jadi salah satu crew pemugarannya :D.

***

Selain bangunan utama, di sekitarnya terdapat beberapa kereta lokomotif dan kereta yang bisa digunakan untuk obyak foto-foto serta museum arsitektur bangunan Lawang Sewu.

Dokumentasi Jalur Kereta Ambarawa
Dokumen Arsitektur Lawang Sewu

Di halaman bangunan utama juga terdapat seniman yang sepanjang hari setia menghibur pengunjung dengan lagu-lagu daerah khas Jawa Tengah.

Seniman Lawang Sewu

Harga Tiket dan Jam Buka

Harga tiket masuk ke kawasan bersejarah ini sangat ramah kantong, yaitu :

  • Dewasa                     : Rp. 10.000
  • Anak-anak/Pelajar    : Rp. 5.000
  • Masuk ke ruang bawah tanah : biaya tambahan Rp. 30.000

Sedangkan jam bukanya yaitu dari jam 07.00 hingga 21.00.

***

Mungkin itu sedikit cerita tentang Lawang Sewu, kebetulan saat itu saya berkunjung dengan geng NGI karena salah satu member ada yang menikah di Kota Pati jadinya sekalian jalan-jalan di Semarang. Dan saat itu pula lagi demam game Pokemon GO, dan dapetlah banyak banget Pokemon di venue ini, wkwkwk.

Kondangan NGI
Nangkep Pokemon di Lawang Sewu


→ 1588 readers

Related

Indonesia Travel Jawa TengahLawang SewuSemarang

Post navigation

Previous post
Next post

Comment

  1. Pingback: Sate Sapi Pak Kempleng Ungaran Sejak 1960 — Arif Setiawan

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Popular Posts

  • Redjo-Redjo Resto Seyegan Yogyakarta
  • Piknik ke Kota Batu Malang
  • Soto Sapi Pak Musthofa Jogja Sejak 1984
  • Custom Watchface Amazfit Bip
  • Danau Beratan Bedugul Bali
  • Lokasi Baru Padang Jawa
  • Getuk Goreng Haji Tohirin Sejak 1918
  • Alun-Alun Jombang: Ruang Publik Ikonik di Jantung Kota Santri
  • Sate Winong Purworejo Sejak 1968
  • Ayam Goreng Bu Hartin Sejak 1978

Recent Posts

  • Dapoer Gending Muntilan: Cita Rasa Autentik di Kota Muntilan
  • Depot Nikmat Jombang Sejak 1987
  • Alun-Alun Jombang: Ruang Publik Ikonik di Jantung Kota Santri
  • Nol Kilometer Tuban: Titik Awal Menjelajah Bumi Wali
  • Mengenal Jenis-Jenis Server: Mana yang Cocok untuk Website Anda?

Categories

Archives

Subscribe

Enter your email address to subscribe to this blog.

Join 1,224 other subscribers
Seedbacklink

Travel

  • Alun-Alun Jombang: Ruang Publik Ikonik di Jantung Kota SantriMay 4, 2025
  • Nol Kilometer Tuban: Titik Awal Menjelajah Bumi WaliApril 27, 2025
  • Leisure Trip ke Morwell: Dari Taman Bunga hingga Sushi Favorit TravelerMarch 24, 2025
  • Jalan Braga: Simbol Kejayaan Bandung di Masa KolonialJanuary 5, 2025
  • Staycation di Grand Rohan JogjaDecember 25, 2024

Culinary

  • Dapoer Gending Muntilan: Cita Rasa Autentik di Kota MuntilanMay 13, 2025
  • Depot Nikmat Jombang Sejak 1987May 10, 2025
  • Sop Buntut dan Soto Pak Sugeng YogyakartaApril 3, 2025
  • Warung Kopi Purnama Bandung: Legenda yang Bertahan Sejak 1930January 4, 2025
  • Lacamera Coffee Bandung: Tempat Nongkrong Asyik dengan Kopi BerkualitasJanuary 1, 2025

Technology

  • iOS Conference Singapore 2020November 28, 2021
  • Sinergi Coworking Space JogjaAugust 22, 2020
  • WordCamp Jakarta 2019February 12, 2020
  • Kubik Coworking & Art Space PadangApril 13, 2019
  • Redesign Aplikasi IndiHomeNovember 6, 2018
©2025 Arif Setiawan | WordPress Theme by SuperbThemes
 

Loading Comments...