Skip to content
Arif Setiawan
Arif Setiawan

travel, culinary and technology

  • Home
  • About
  • Travel
    • Indonesia
      • Bali
      • Banten
      • Jakarta
      • Jawa Barat
      • Jawa Tengah
      • Jawa Timur
      • Kalimantan Selatan
      • Lampung
      • Sumatera Barat
      • Sumatera Utara
      • Yogyakarta
    • Laos
    • Malaysia
    • Singapore
    • Vietnam
  • Culinary
  • Technology
    • Startup
    • Software Development
    • Social Media
  • #kulinersince
  • Nol Kilometer
Arif Setiawan

travel, culinary and technology

Sate Winong Purworejo Sejak 1968

Arif Setiawan, December 31, 2019January 3, 2022

Sebagai kota kecil yang terkenal dengan sebutan kota pensiunan dan bukanlah kota tujuan wisata, tidak banyak menu kuliner yang bisa ditemukan di Purworejo, alias ya itu-itu aja pilihan makanannya. Namun, di kota kecil yang juga merupakan kota kelahiran saya ini terdapat juga salah satu kuliner yang sudah melegenda. Namanya Sate Winong. Dinamakan Sate Winong karena asalnya dari daerah Winong. Di sana memang banyak sekali penjual sate yang sudah ada sejak lama.

Salah satu yang paling terkenal adalah Sate Winong Pak Mustofa. Warung sate ini sudah ada sejak tahun 1968. Lokasinya di Jalan Desa Winong, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo. Meskipun daerahnya termasuk mblusuk karena tidak berada di jalan provinsi, tapi jangan ragukan ketenarannya. Warung ini selalu ramai dipenuhi oleh pengunjung.

Sate Winong Pak Mustofa

Untuk menuju ke lokasi ini ada 2 alternatif, yaitu jika dari arah barat bisa lewat Kutoarjo ke arah Gunung Tugel hingga Pasar Wirun, kemudian belok ke arah timur hingga sampai Desa Winong dan jika dari arah timur bisa lewat jalan lingkar luar Purworejo yang ke arah Magelang, melewati daerah Sucen dan Seren lanjut ke arah barat hingga sampai Desa Winong.

Kedai Sate dari anyaman bambu

Sampai di warung yang menggunakan dinding anyaman bambu ini saya langsung memesan 3 porsi sate kambing ditambah dengan teh tawar dan es jeruk untuk satu keluarga. 

Sate dihidangkan tanpa tusuknya

Sate Winong memang sudah melegenda

Lalu apa yang sangat khas dan membuat Sate Winong ini terkenal dan melegenda?

Sebenarnya satenya sendiri tidak ada bedanya dengan sate-sate kambing lainnya, hanya saja kambing yang digunakan adalah kambing muda yang usianya sekitar 6 bulan. Yang khas justru terletak pada bumbu kecapnya. Bumbu kecap yang dipakai berasal dari gula merah ditambah dengan bumbu rahasia, bukanlah kecap industri yang berasal dari fermentasi kedelai. Luar biasanya setiap penjual sate di Desa Winong ini meracik bumbunya sendiri. Jadi pasti unik bumbu yang digunakan dari setiap penjualnya. Dengan keunikan ini, pedagang² sate Winong bisa bertahan hingga sekarang di daerah yang bisa dikatakan bukanlah perkotaan, yang mana membuka usaha di wilayah Purworejo itu memang gampang-gampang susah, yang lokasinya di tengah kota atau keramaian pun belum tentu laris jika rasa dan kualitas nggak benar-benar bisa bersaing.

Tak lama setelah memesan, menu yang saya pesan pun datang. Sate dihidangkan tanpa tusuk satenya ditemani oleh irisan mentimun, bawang merah, dan daun jeruk. Mantap sekali, haha. 

Dari segi rasanya, bumbu yang disajikan memang sedikit manis karena bahan dasarnya dari gula, jadi bagi kalian yang kurang suka makanan manis mungkin bisa tanya terlebih dahulu ke penjualnya.


Untuk masalah harga, karena sudah melegenda mungkin masih wajar, tetapi untuk standar harga sate di Purworejo sudah termasuk agak mahal. Satu porsi sate beserta nasi dan minuman sekitar Rp 40.000. 

Saya sendiri karena tidak bermasalah dengan makanan yang agak manis dan pecinta makanan dari kambing, masih mau jika diajakin ke warung ini lagi, haha. Kalian harus coba dulu jika sedang berada di Purworejo.


Harga

Harga menu di sini adalah sekitar Rp 40.000.

Lokasi

Jl. Desa Winong, Kec. Kemiri, Kab. Purworejo, Jawa Tengah 54262


→ 874 readers

Related

#kulinersince Culinary Jawa TengahPurworejoSateSate Winong

Post navigation

Previous post
Next post

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Popular Posts

  • Ayam Goreng Bu Tini Sejak 1967
  • Game Development Life Cycle
  • Dapoer Gending Muntilan: Cita Rasa Autentik di Kota Muntilan
  • Rawon Nguling Malang Sejak 1942
  • Warung Makan Bu Darmo Muntilan Sejak 1920
  • Ayam Goreng Bu Hartin Sejak 1978
  • Startup Asia Jakarta 2014
  • Pantai Tanjung Lesung Banten
  • Sebelas Duabelas Kopi Malang
  • Sate Sapi Pak Kempleng Ungaran Sejak 1960

Recent Posts

  • Dapoer Gending Muntilan: Cita Rasa Autentik di Kota Muntilan
  • Depot Nikmat Jombang Sejak 1987
  • Alun-Alun Jombang: Ruang Publik Ikonik di Jantung Kota Santri
  • Nol Kilometer Tuban: Titik Awal Menjelajah Bumi Wali
  • Mengenal Jenis-Jenis Server: Mana yang Cocok untuk Website Anda?

Categories

Archives

Subscribe

Enter your email address to subscribe to this blog.

Join 1,224 other subscribers
Seedbacklink

Travel

  • Alun-Alun Jombang: Ruang Publik Ikonik di Jantung Kota SantriMay 4, 2025
  • Nol Kilometer Tuban: Titik Awal Menjelajah Bumi WaliApril 27, 2025
  • Leisure Trip ke Morwell: Dari Taman Bunga hingga Sushi Favorit TravelerMarch 24, 2025
  • Jalan Braga: Simbol Kejayaan Bandung di Masa KolonialJanuary 5, 2025
  • Staycation di Grand Rohan JogjaDecember 25, 2024

Culinary

  • Dapoer Gending Muntilan: Cita Rasa Autentik di Kota MuntilanMay 13, 2025
  • Depot Nikmat Jombang Sejak 1987May 10, 2025
  • Sop Buntut dan Soto Pak Sugeng YogyakartaApril 3, 2025
  • Warung Kopi Purnama Bandung: Legenda yang Bertahan Sejak 1930January 4, 2025
  • Lacamera Coffee Bandung: Tempat Nongkrong Asyik dengan Kopi BerkualitasJanuary 1, 2025

Technology

  • iOS Conference Singapore 2020November 28, 2021
  • Sinergi Coworking Space JogjaAugust 22, 2020
  • WordCamp Jakarta 2019February 12, 2020
  • Kubik Coworking & Art Space PadangApril 13, 2019
  • Redesign Aplikasi IndiHomeNovember 6, 2018
©2025 Arif Setiawan | WordPress Theme by SuperbThemes
 

Loading Comments...